Muratara, Hariansriwijaya.com — Nama Bupati Sarolangun, Provinsi Jambi, H. Hurmin, ikut disebut dalam polemik tambang emas ilegal (PETI) yang meresahkan masyarakat Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan. Isu ini menguat setelah beredarnya video viral yang memperlihatkan warga menghentikan paksa satu unit alat berat yang diduga digunakan untuk aktivitas tambang ilegal.
Peristiwa itu terjadi di wilayah Desa Sukomoro, Rawas Ulu, dan videonya mulai menyebar di media sosial sejak Selasa (15/7/2025). Dalam video tersebut, seorang pria yang diduga sopir alat berat menyebutkan bahwa mesin tersebut milik Bupati Sarolangun.
“Ini alatnya Pak Bupati Sarolangun H. Hurmin,” ujar pria dalam video tersebut, yang langsung memicu reaksi publik dan memperkeruh kecurigaan adanya keterlibatan pejabat lintas daerah dalam praktik tambang ilegal yang merusak lingkungan.
Namun, tudingan tersebut segera dibantah oleh pihak yang mengelola alat berat. Zubbi Manto Ahmadi, perwakilan dari pengelola alat, memberikan klarifikasi dan menegaskan bahwa alat berat itu tidak digunakan untuk kegiatan tambang emas tanpa izin.
“Alat itu bukan untuk PETI. Kami hanya mengerjakan steking lahan masyarakat di Desa Pangkalan. Semua kegiatan kami legal dan ada bukti lengkap: titik koordinat GPS, foto lokasi, video, bahkan catatan Hour Meter alat,” terang Zubbi kepada Hariansriwijaya.com, Rabu (16/7/2025).
Ia juga menyebut alat berat tersebut telah bekerja selama dua bulan di lahan milik warga dengan total pengerjaan sekitar 40 hingga 60 hektare. Lokasinya berada tak jauh dari area operasional PT Agro.
“Jangan asal menuduh. Kami punya kontrak resmi dengan pihak desa, lengkap dengan invoice. Alat ini digunakan sesuai kesepakatan dan untuk keperluan masyarakat,” tambahnya.
Meski demikian, Zubbi mengakui adanya kesalahpahaman di lapangan yang menyebabkan warga menahan alat berat. Usai berkoordinasi dengan pemerintah desa, alat tersebut akhirnya ditarik kembali ke gudang di Sarolangun untuk menghindari ketegangan lebih lanjut.
“Kami memahami kondisi di Rawas Ulu sedang sensitif karena maraknya aktivitas tambang ilegal. Karena itu, untuk mendinginkan suasana, kami memilih menarik alat tersebut,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Zubbi mengingatkan masyarakat agar tidak mudah mempercayai informasi yang belum terverifikasi. “Jangan langsung percaya dengan video yang beredar. Semua tudingan harus dibuktikan secara hukum, bukan berdasarkan ucapan sopir yang belum tentu paham konteks,” tegasnya.