Palembang, Hariansriwijaya.com – Konflik antara teman dekat yang berujung kekerasan kembali terjadi. Kali ini, seorang wanita muda bernama Deby Puspitasari (22), warga Jalan Remifa, Kelurahan Ogan Baru, Kecamatan Kertapati, Kota Palembang, Sumatera Selatan, melapor ke Polrestabes Palembang usai diduga menjadi korban pemukulan dan kehilangan perhiasan miliknya.
Insiden tersebut terjadi pada Sabtu sore, 12 Juli 2025, sekitar pukul 17.00 WIB, tidak jauh dari kediaman Deby. Kepada petugas piket Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Palembang, Deby menuturkan bahwa keributan bermula dari unggahan status WhatsApp yang ia buat. Status itu rupanya memicu emosi salah satu temannya yang merasa tersindir atau disinggung secara pribadi.
“Awalnya saya tidak menyangka status itu akan menimbulkan masalah. Tapi tiba-tiba dia mendatangi saya, marah-marah, dan langsung menyerang,” ungkap Deby saat dimintai keterangan.
Tak hanya cekcok mulut, perselisihan tersebut memanas hingga berujung pada adu fisik. Deby mengaku dipukul hingga mengalami luka lebam di bagian wajah dan lengan. Namun yang lebih mengejutkan, ia juga kehilangan gelang emas seberat 3,35 gram yang semula dipakainya.
“Saya sadar gelang saya sudah tidak ada setelah kejadian. Saat itu saya sedang berusaha melindungi diri. Bisa jadi terlepas atau ditarik,” tambahnya.
Deby pun menduga bahwa hilangnya gelang tersebut bukan kebetulan semata. Ia mendesak agar pihak kepolisian menyelidiki apakah ada unsur pencurian dalam kasus ini, mengingat nilai perhiasan yang hilang cukup signifikan.
Atas kejadian ini, Deby resmi membuat laporan polisi dengan harapan agar pelaku segera ditindak sesuai hukum yang berlaku. Pihak kepolisian saat ini telah menerima laporan tersebut dan tengah mengumpulkan keterangan serta barang bukti terkait insiden tersebut.
“Kami telah menerima laporan dari korban dan saat ini proses penyelidikan sedang berjalan. Kami akan melakukan pemanggilan terhadap pihak terlapor untuk dimintai keterangan,” ujar salah satu petugas SPKT Polrestabes Palembang yang menangani laporan Deby.
Peristiwa ini menjadi perhatian masyarakat sekitar karena melibatkan dua orang yang dikenal cukup dekat secara sosial. Beberapa warga bahkan menyebut bahwa keduanya sering terlihat bersama sebelum insiden ini terjadi.
“Saya kaget saat dengar mereka berantem, soalnya mereka kelihatan akrab. Tapi katanya sih gara-gara status WhatsApp. Ya, semoga cepat selesai secara baik,” ucap Yuli, tetangga korban.
Kejadian ini juga kembali menjadi pengingat tentang dampak dari komunikasi di media sosial yang semakin kompleks. Pakar komunikasi digital dari Universitas Sriwijaya, Dr. Rudi Hartanto, menilai bahwa ekspresi di platform digital seperti WhatsApp, meskipun bersifat pribadi, bisa berujung konflik jika tidak disampaikan dengan bijak.
“Kadang status yang tampak sepele bisa dianggap sebagai sindiran. Dalam budaya kita, sensitivitas sosial tinggi, jadi konflik bisa muncul hanya karena interpretasi yang berbeda,” jelas Dr. Rudi.
Kasus ini kini memasuki tahap penyelidikan oleh pihak kepolisian. Deby berharap laporannya segera diproses dan ada kejelasan terkait pertanggungjawaban pelaku, baik atas dugaan penganiayaan maupun kehilangan gelang emas miliknya.