Banyuasin, Hariansriwijaya.com — Layanan Ambulans Apung milik Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) Polda Sumatera Selatan kembali menunjukkan peran vitalnya dalam menjangkau warga di wilayah perairan. Pada Jumat (11/7/2025), tim Polairud mengevakuasi dua warga Desa Upang, Kabupaten Banyuasin, dalam kondisi gawat darurat medis hanya dalam rentang waktu beberapa jam.
Evakuasi pertama dilakukan pada pagi hari terhadap Dani (68), seorang lansia yang mengalami komplikasi penyakit serius, mulai dari vertigo, hipertensi, jantung, hingga diabetes. Kondisinya yang terus memburuk mengharuskannya segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Sore harinya, tim kembali bergerak cepat mengevakuasi Dewi Handayani (35), seorang ibu hamil yang mengalami pendarahan hebat di usia kandungan 25 minggu. Situasi darurat tersebut mengancam keselamatan ibu dan janin, sehingga penanganan medis harus dilakukan secepat mungkin.
Komandan Kapal V-1027 Pos Pangkalan Sandar Upang, Aipda Ardianto, membenarkan bahwa pihaknya telah melakukan dua misi evakuasi dalam satu hari demi menyelamatkan nyawa warga.
“Pagi kami menerima laporan dari keluarga Pak Dani yang dalam kondisi kritis. Lalu, sore hari, kami mengevakuasi Bu Dewi yang mengalami pendarahan berat akibat kehamilan. Keduanya langsung kami bawa ke RS Bunda Palembang dan kini sudah dalam penanganan tenaga medis,” jelas Ardianto kepada Hariansriwijaya.com.
Ia menegaskan bahwa layanan Ambulans Apung dari Ditpolairud Polda Sumsel disediakan secara gratis untuk masyarakat pesisir yang tidak memiliki akses darat cepat menuju rumah sakit, terutama dalam kondisi darurat medis.
“Ambulans Apung ini beroperasi 24 jam. Masyarakat tidak perlu ragu untuk menghubungi kami jika membutuhkan pertolongan. Semua layanan ini tanpa biaya alias gratis,” tegasnya.
Dirinya juga berharap kedua pasien dapat pulih dan mendapatkan perawatan terbaik.
“Kami berharap Pak Dani segera membaik dan Bu Dewi bisa melahirkan dengan selamat. Inilah wujud nyata hadirnya negara dalam membantu warga di wilayah perairan yang sulit dijangkau,” tutup Ardianto.