Palembang, Hariansriwijaya.com — Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Sumatera Selatan menggelar kegiatan coffee morning bersama puluhan jurnalis dari media cetak, daring, dan radio di Palembang, Jumat (11/7/2025). Mengusung tema “Crisis Communication & Digital Storytelling: Strategi Terpadu Media Relations untuk Karantina Era Digital”, acara ini menjadi upaya memperkuat sinergi antara lembaga karantina dan media di tengah arus informasi digital yang masif.
Digelar di Aula BKHIT Sumsel, Jalan Kol. H. Burlian KM 6, kegiatan ini bertujuan membangun komunikasi yang lebih adaptif dan responsif dalam menghadapi dinamika pemberitaan, khususnya saat terjadi krisis informasi yang berpotensi menimbulkan kesimpangsiuran di tengah publik.
Kepala BKHIT Sumsel, drh. Sri Endah Ekandari, M.Si menegaskan pentingnya peran media dalam menyampaikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada masyarakat. Terlebih di era digital saat narasi publik dapat berubah hanya dalam hitungan detik.
“Dalam kondisi krisis, komunikasi menjadi kunci. Kami ingin membangun kolaborasi erat dengan media agar pesan-pesan karantina dapat diterima secara jernih dan tidak menimbulkan kepanikan,” kata Sri Endah dalam sambutannya.
Sri Endah juga menyampaikan bahwa lembaganya tengah berupaya memperluas kanal informasi publik melalui penerbitan Buletin Karantina Kita, sebuah media internal yang memberi ruang bagi seluruh UPT karantina di Sumsel untuk berbagi informasi strategis secara inklusif dan terbuka.
Tidak hanya fokus pada komunikasi krisis, forum ini turut membuka ruang diskusi soal peluang ekspor komoditas unggulan dari Sumsel seperti kopi, kelapa, dan paha kodok, serta tantangan logistik dan pengawasan di pintu keluar masuk wilayah.
“Media memiliki posisi strategis untuk mendukung promosi ekspor dan memperkuat ketahanan pangan. Melalui kerja sama yang baik, kami harap kepercayaan publik terhadap fungsi karantina juga semakin meningkat,” imbuhnya.
Kegiatan ini turut menghadirkan dua pembicara kunci: Ketua AJI Palembang, Muhamad Fajar Wiko, serta mantan Pemimpin Redaksi Tribun Sumsel periode 2012–2023, Hj. L Weny Ramdiastuti. Keduanya mengupas tuntas pentingnya komunikasi strategis di tengah gempuran informasi digital.
Fajar Wiko menggarisbawahi bahwa tantangan utama institusi saat ini bukan hanya pada isu teknis, melainkan bagaimana membentuk persepsi publik yang benar di tengah derasnya arus informasi.
“Dalam era digital, persepsi bisa lebih mematikan daripada fakta. Maka kecepatan dan ketepatan informasi menjadi senjata utama,” ujarnya. Ia juga membagikan pendekatan komunikasi krisis berbasis strategi 4L: Listening, Lead, Layer, dan Leverage.
Sementara itu, Hj. L Weny menyoroti perlunya perubahan budaya komunikasi di lingkungan birokrasi, dari yang semula tertutup menjadi lebih terbuka dan dialogis.
“Kepercayaan masyarakat lahir dari keterbukaan. Kita butuh komunikasi yang menyentuh, bukan hanya formalitas,” ucapnya.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, BKHIT Sumsel berharap terbangun relasi yang lebih kuat dengan kalangan pers, sekaligus meningkatkan kesiapan lembaga dalam menghadapi dinamika komunikasi publik di era digital.