Muara Enim, Hariansriwijaya.com — Suara ribuan burung puyuh menggema dari sebuah kandang sederhana di Desa Darmo, Kecamatan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim. Di balik riuhnya suara unggas itu, tersimpan kisah inspiratif seorang warga bernama Agustian Kholik, yang berhasil mengubah hobi menjadi usaha produktif dan membawa dampak ekonomi bagi sekitarnya.
Agus, sapaan akrabnya, memulai usaha peternakan puyuh pada tahun 2021 dengan jumlah awal 500 ekor. Berbekal kecintaannya terhadap unggas, ia nekat memulai beternak meskipun hanya bermodal pengalaman pribadi.
“Dulu hanya iseng, karena memang suka merawat unggas. Tapi lama-lama saya merasa ini bisa jadi usaha yang menjanjikan,” ujar Agus saat ditemui Hariansriwijaya.com, Rabu (10/9).
Perjalanan usaha Agus mencapai titik penting pada 2024, saat ia mendapat kesempatan mempresentasikan peternakan kecilnya kepada PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Perusahaan pelat merah tersebut melihat potensi besar dari usaha Agus dan langsung memberikan dukungan berupa pembinaan serta bantuan 3.000 ekor puyuh.
“Sejak menjadi mitra binaan PTBA, banyak kemudahan yang kami dapat. Ada pelatihan, pendampingan, sampai tambahan modal. Itu semua jadi modal besar bagi kami untuk berkembang,” ungkap Agus penuh syukur.
Berkat pendampingan tersebut, usaha Agus mengalami pertumbuhan signifikan. Dalam waktu lima bulan, jumlah anggota kelompok ternaknya meningkat dari enam menjadi 15 orang. Sementara jumlah puyuh yang dikelola di kandang Agus kini mencapai 12 ribu ekor.
Tak hanya dari sisi jumlah, hasil produksi pun melonjak drastis. Dari semula hanya sekitar 5 kilogram telur per hari, kini kelompoknya mampu menghasilkan hingga 90 kilogram per hari. Permintaan pasar pun terus berdatangan.
“Pendapatan tiap anggota memang berbeda, tapi satu hal yang pasti: kami semua kini lebih optimis menatap masa depan,” tuturnya.
Melihat potensi lain yang bisa dimaksimalkan, Agus kini juga mengembangkan pengolahan limbah puyuh menjadi pupuk organik. Kotoran yang sebelumnya dibuang, kini dimanfaatkan sebagai bahan pupuk untuk tanaman hortikultura di sekitar desa.
“Inilah langkah kecil kami untuk menghadirkan pertanian yang berkelanjutan dan membuka lebih banyak lapangan kerja,” kata Agus.
Kini, kandang puyuh di lahan bekas tambang itu tak lagi sekadar tempat memelihara unggas. Ia telah menjelma menjadi sentra ekonomi baru di desa, yang tidak hanya menghidupi keluarga Agus, tetapi juga membuka jalan rezeki bagi warga lainnya.
Kisah Agus Kholik menjadi bukti bahwa peluang besar bisa datang dari hal sederhana, jika dijalani dengan tekun dan niat yang tulus. Dari lahan tak produktif, tumbuh harapan baru—dan dari hobi, lahir usaha yang menggerakkan ekonomi desa.