Sukabumi, Hariansriwijaya.com – Masalah pungutan liar (pungli) di kawasan wisata Kabupaten Sukabumi belum juga mereda. Setelah viral beberapa waktu lalu, praktik tersebut kini kembali mencuat dengan modus yang baru. Hal ini membuat keprihatinan bagi wisatawan dan para pelaku industri pariwisata di daerah tersebut.
Aip Abdillah, seorang pegiat jasa travel yang sebelumnya telah memicu polemik sekitar dua tahun yang lalu dengan unggahan viralnya tentang pungli di media sosial, kembali menyuarakan keluhan terkait masalah ini. Meskipun sudah dua tahun berlalu, Abe—sapaan akrabnya—mengungkapkan bahwa praktik pungli masih marak terjadi, bahkan dengan modus yang berbeda.
“Dua tahun lalu saya unggah soal pungli di media sosial, sekarang masih sama saja. Di beberapa tempat seperti Cisolok, misalnya, tiket bisa dibeli dengan menggunakan Qris, tapi tidak semua orang paham cara menggunakannya. Ketika parkir, posisi di lapangan ditetapkan dengan tarif tertentu. Saya membawa elf dan membayar Rp 30 ribu, tapi masih ada oknum yang meminta tambahan,” ungkap Abe.
Abe juga menceritakan pengalamannya di kawasan Ciletuh, di mana kejadian serupa terjadi. Di belokan pertigaan menuju Ciletuh, terutama di sekitaran Loji, banyak orang yang meminta uang dengan cara yang memaksa.
“Pas mau ke Ciletuh di Loji, mobil saya dihalangi dan diminta uang. Sopir mobil depan baru memberikan Rp 20 ribu, katanya mobil seperti ini harus membayar Rp 5 ribu. Jadi, saya memang sudah terbiasa dengan situasi ini,” tambahnya.
Menurut Abe, kejadian pungli yang pernah viral hanya memberikan dampak singkat. Setelah itu, pelaku pungli kembali muncul dengan modus yang baru di berbagai lokasi wisata.
“Seperti yang terjadi di Sukabumi beberapa waktu lalu, efeknya hanya bersifat sesaat. Saya masih ingat, dijanjikan akan dipasang spanduk tentang tarif parkir di setiap desa, tapi hingga kini saya belum melihatnya. Pelayanan dan transparansi harus diutamakan dalam industri pariwisata,” tandasnya.
Abe menegaskan bahwa dirinya tidak keberatan dengan tarif masuk dan parkir selama sesuai dengan aturan dan disertai dengan pelayanan yang baik. Dia mencontohkan praktik di Yogyakarta di mana tempat parkir dijaga dengan baik dan tanggung jawab.
Kendati demikian, masalah pungli di kawasan wisata Sukabumi masih menjadi sorotan dan menantang untuk diselesaikan secara menyeluruh demi meningkatkan kualitas pariwisata daerah tersebut. Peran pemerintah daerah dan pihak terkait sangat dibutuhkan untuk memberikan perlindungan kepada wisatawan dan menjamin pengalaman wisata yang menyenangkan dan terpercaya.