Jakarta, Hariansriwijaya.com – Harga minyak mentah berjangka mengalami kenaikan pada Kamis, didorong oleh kekhawatiran akan potensi perang antara Israel dan milisi Hezbollah yang didukung Iran, meskipun permintaan bensin di Amerika Serikat masih lemah.
Berikut ini adalah harga penutupan minyak pada Kamis, Jumat (28/6/2024):
West Texas Intermediate (WTI)
– Kontrak Agustus: $81,74 per barel, naik 84 sen atau 1,04%. Sejak awal tahun, harga minyak AS telah naik sebesar 14%.
Brent
– Kontrak Agustus: $86,39 per barel, naik $1,14 atau 1,34%. Sejak awal tahun, patokan global ini naik sebesar 12%.
Israel telah meningkatkan pengerahan pasukan ke wilayah utara dalam minggu ini, seiring dengan peningkatan serangan melintasi perbatasan Lebanon dari pertengahan Mei hingga pertengahan Juni, menurut laporan Kamis dari RBC Capital Markets. Kondisi ini menunjukkan potensi konfrontasi militer langsung antara Hezbollah dan Israel, kata RBC.
“Operasi gas lepas pantai Israel juga berpotensi menjadi target serangan oleh Hezbollah,” tulis Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC, bersama timnya dalam laporan tersebut.
“Namun, ancaman nyata terhadap pasokan energi regional akan muncul jika Iran memutuskan untuk menargetkan infrastruktur energi kritis, atau jika Israel menyerang fasilitas energi Iran,” tambah para analis.
Peningkatan Stok Minyak di AS
Pada Rabu, Amerika Serikat melaporkan peningkatan yang mengejutkan dalam persediaan minyak mentah dan bensin untuk pekan yang berakhir 21 Juni, mengecewakan para investor yang berharap kenaikan permintaan akan menghidupkan kembali reli harga minyak mentah baru-baru ini.
Banjir pesisir yang diakibatkan oleh badai tropis Alberto telah memukul permintaan bensin di AS, dengan konsumsi turun di bawah 9 juta barel per hari untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, menurut JPMorgan.
“Badai ini meninggalkan dampak yang signifikan terhadap konsumsi minyak di AS,” kata Prateek Kedia, wakil presiden penelitian komoditas global di JPMorgan, kepada klien dalam sebuah catatan penelitian pada Rabu.
Dampak Konflik terhadap Pasar Minyak
Kekhawatiran akan konflik antara Israel dan Hezbollah menambah tekanan pada pasar minyak yang sudah bergejolak. Para analis memperingatkan bahwa eskalasi ketegangan di wilayah ini dapat mengganggu pasokan energi global, mengingat kawasan tersebut adalah salah satu penghasil minyak terbesar di dunia.
Jika konflik meningkat, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh harga minyak mentah tetapi juga bisa memicu ketidakstabilan ekonomi global. Analis memperkirakan bahwa harga minyak dapat melonjak lebih tinggi jika fasilitas energi utama di wilayah tersebut diserang.
Kesimpulan
Meskipun permintaan minyak di AS mengalami penurunan akibat badai, kekhawatiran akan potensi konflik di Timur Tengah menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak mentah. Para investor dan pelaku pasar perlu terus memantau perkembangan situasi geopolitik ini, karena dampaknya terhadap pasar energi bisa sangat signifikan.
Dengan ketidakpastian yang tinggi, berbagai strategi investasi mungkin diperlukan untuk mengantisipasi fluktuasi harga minyak yang dipengaruhi oleh dinamika global ini.