Jakarta, Hariansriwijaya.com — Ketua Umum Rakyat Advokasi Mandiri (RAMA), Iqnal Shalat Sukma Wibowo, melontarkan kritik tajam terhadap kesenjangan kebijakan penggajian di Indonesia. Menurutnya, perbedaan mencolok antara gaji guru honorer dan tunjangan anggota DPR RI menjadi cerminan ironi dalam sistem kesejahteraan nasional.
Iqnal menyebut, masih banyak guru di sejumlah daerah hanya menerima gaji sebesar Rp 350 ribu per bulan. Di saat yang sama, anggota DPR justru mendapatkan tunjangan harian yang bisa mencapai Rp 3 juta.
“Pertanyaannya sederhana tapi sangat fundamental: siapa yang sebenarnya membangun bangsa ini? Guru yang mendidik generasi, atau pejabat yang duduk di ruang rapat ber-AC?” kata Iqnal dalam keterangannya kepada Hariansriwijaya.com, Kamis (28/8/2025).
Guru: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Terpinggirkan
Menurut Iqnal, profesi guru—yang kerap digambarkan sebagai pilar utama pembangunan karakter bangsa—justru kerap dianaktirikan dalam kebijakan anggaran. Ia menilai masih banyak tenaga pendidik, khususnya guru honorer, yang harus bekerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhan dasar.
“Guru kita bekerja dari pelosok desa hingga kota, mengajar bukan hanya ilmu, tapi nilai dan harapan. Sayangnya, mereka justru harus memikirkan cara bertahan hidup karena upahnya tak layak,” ujarnya.
Tunjangan DPR Dinilai Terlalu Fantastis
Dalam pandangan RAMA, angka tunjangan DPR yang mencapai jutaan rupiah per hari menjadi sorotan tajam publik, apalagi di tengah krisis kepercayaan terhadap efektivitas kerja lembaga legislatif.
“Rakyat menitipkan amanah kepada wakilnya di DPR agar memperjuangkan kesejahteraan. Tapi ketika yang diperjuangkan justru tunjangan dan fasilitas mewah, wajar bila kepercayaan publik terkikis,” ujar Iqnal.
Kritik Masyarakat Meningkat, Pemerintah Diminta Berbenah
Kesenjangan perlakuan terhadap profesi guru dan pejabat publik ini, menurut Iqnal, telah memicu gelombang kritik dari masyarakat. RAMA mendesak pemerintah dan DPR untuk mengkaji ulang sistem alokasi anggaran agar lebih proporsional dan adil.
“Tidak ada bangsa yang maju hanya lewat sidang paripurna. Tapi ada banyak bangsa yang runtuh karena mengabaikan pendidikan,” tegasnya.
Iqnal juga menyinggung fakta bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang negara, dan jika guru terus diperlakukan secara tidak layak, maka cita-cita mencetak generasi unggul hanya akan menjadi retorika belaka.
“Bayangkan, gaji Rp 350 ribu bahkan tak cukup untuk ongkos transportasi sebulan, apalagi menanggung kebutuhan keluarga. Bagaimana pendidikan bisa maju?” tutupnya.