Kayuagung, Hariansriwijaya.com – Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) digemparkan oleh sebuah insiden tragis yang melibatkan dua remaja berusia belasan tahun. Seorang remaja berinisial ABH, yang baru berusia 13 tahun, kini harus berhadapan dengan hukum setelah menikam rekannya, DW (15 tahun), hingga tewas dalam sebuah kejadian yang mengejutkan banyak pihak. Tragedi ini terjadi pada Jumat (30/8/2024) sekitar pukul 16.00 WIB di Dusun II, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Lempuing.
Menurut keterangan yang dihimpun dari pihak kepolisian, peristiwa ini berawal dari hal yang tampak sepele—saling melotot antara kedua remaja tersebut saat menonton pertunjukan kuda lumping, sebuah acara kesenian tradisional yang kerap menjadi hiburan masyarakat setempat. Tatapan yang awalnya tidak berarti apa-apa, ternyata memicu konflik yang berujung pada tindak kekerasan.
ABH yang merasa tersinggung dengan tatapan DW, secara tiba-tiba mengeluarkan senjata tajam yang dibawanya dan menikam DW tanpa ragu. Tikaman tersebut mengenai bagian tubuh vital DW, yang membuatnya tersungkur di tempat kejadian dengan kondisi bersimbah darah. Warga yang berada di lokasi segera berusaha memberikan pertolongan, namun nyawa DW tidak dapat diselamatkan. Korban dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian sebelum sempat dibawa ke fasilitas medis.
Kapolres OKI, AKBP Hendrawan Susanto, melalui KBO Reskrim Iptu Nuryadi, mengonfirmasi bahwa baik korban maupun pelaku masih di bawah umur, yang membuat kasus ini menjadi semakin kompleks. “Kasus ini sangat disayangkan karena melibatkan anak-anak yang masih sangat muda. Kami terus mendalami kejadian ini dan akan menindaklanjuti sesuai prosedur hukum yang berlaku,” ujar Iptu Nuryadi.
Kejadian ini membuka mata banyak pihak mengenai potensi kekerasan yang bisa muncul dari peristiwa sehari-hari, bahkan di lingkungan yang seharusnya aman seperti acara kesenian. Pihak kepolisian kini tengah melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap latar belakang dan motivasi lebih jauh dari tindakan nekat ABH. Mereka juga tengah memeriksa sejumlah saksi yang berada di lokasi saat kejadian berlangsung.
Kejadian ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat Desa Mekar Jaya. Orang tua DW tak kuasa menahan kesedihan saat menerima kabar bahwa anak mereka tewas dalam insiden yang begitu tragis dan mendadak. Mereka berharap agar keadilan dapat ditegakkan dan kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak.
Selain itu, insiden ini juga memicu diskusi di kalangan masyarakat mengenai pengawasan terhadap anak-anak dan pentingnya pendidikan moral sejak dini. Banyak yang berpendapat bahwa peran orang tua, sekolah, dan lingkungan sangat penting dalam membentuk karakter anak-anak, agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Sebagai tindak lanjut, pihak kepolisian bersama pemerintah daerah berencana mengadakan program-program pembinaan dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kekerasan, terutama di kalangan remaja. Program ini diharapkan dapat mencegah konflik-konflik kecil berkembang menjadi tindakan kriminal yang merugikan banyak pihak.
Dalam waktu dekat, ABH akan menjalani proses hukum yang sesuai dengan statusnya sebagai anak di bawah umur. Sementara itu, keluarga korban berharap agar kasus ini dapat segera diselesaikan dengan adil, meskipun luka yang ditinggalkan oleh kejadian ini mungkin akan sulit untuk sembuh dalam waktu dekat. Tragedi ini menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang bagi anak-anak, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa ancaman kekerasan.