Hariansriwijaya.com – Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah memasuki masa penting dalam sejarah pembangunan daerah. Provinsi ini kini berada di puncak periode bonus demografi, ketika jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibanding kelompok usia nonproduktif. Namun di balik peluang besar tersebut, terdapat tantangan serius yang harus segera dihadapi agar momentum berharga ini tidak menjadi bumerang.
Bonus demografi sering disebut sebagai “hadiah” dalam perjalanan menuju kemajuan ekonomi. Tetapi tanpa strategi pengelolaan yang tepat, kelebihan tenaga kerja justru bisa menimbulkan masalah sosial, seperti pengangguran dan ketimpangan ekonomi. Karena itu, NTB kini berada pada titik krusial untuk menentukan arah pembangunan manusia yang berkelanjutan.
Era Bonus Demografi Sudah Tiba di NTB
Dilansir dari Berita Lombok, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, lebih dari 3,7 juta jiwa penduduk NTB kini berada pada rentang usia produktif. Angka ini menandakan bahwa NTB sedang menikmati puncak periode bonus demografi, di mana proporsi tenaga kerja produktif lebih besar dibanding beban tanggungan ekonomi.
Namun demikian, keunggulan jumlah penduduk produktif ini tidak otomatis menghasilkan kesejahteraan. Masih banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari keterbatasan lapangan kerja, kesenjangan keterampilan, hingga rendahnya literasi digital di sebagian masyarakat.
Kunci Sukses Ada pada Kualitas SDM
Keberhasilan NTB memanfaatkan momentum ini sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Pemerintah daerah bersama berbagai lembaga pendidikan dan industri dituntut untuk menyiapkan strategi pembangunan SDM yang terarah.
Beberapa langkah penting yang bisa ditempuh antara lain:
- Memperkuat pendidikan vokasi dan pelatihan kerja agar lulusan memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri modern.
- Meningkatkan akses pendidikan tinggi dan teknologi digital, terutama bagi generasi muda di wilayah pedesaan.
- Mendorong kewirausahaan dan ekonomi kreatif sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor formal.
Dengan langkah konkret ini, tenaga kerja muda NTB dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan, bukan sekadar angka dalam statistik demografi.
Menuju Indonesia Emas 2045 Melalui Transformasi Daerah
Visi Menuju Indonesia Emas 2045 menargetkan Indonesia menjadi negara maju, berdaya saing tinggi, dan berkeadilan sosial. NTB memiliki peran strategis dalam mewujudkan visi nasional tersebut melalui pembangunan ekonomi berbasis potensi lokal, seperti pariwisata, pertanian, dan energi terbarukan.
Namun, untuk berkontribusi maksimal, NTB perlu memperkuat fondasi pendidikan, memperluas investasi di sektor produktif, serta menciptakan iklim kerja yang adaptif terhadap teknologi. Dengan demikian, bonus demografi tidak hanya menjadi angka populasi, tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi yang nyata.
Pemerintah daerah juga diharapkan mampu mengintegrasikan kebijakan pembangunan dengan kebutuhan dunia usaha agar tercipta sinergi yang berkelanjutan.
Tantangan yang Tak Bisa Diabaikan
Meski peluang terbuka lebar, sejumlah tantangan masih membayangi. Tingkat pengangguran muda di NTB masih tergolong tinggi, sementara daya saing tenaga kerja lokal perlu terus ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun global.
Selain itu, ketimpangan akses informasi dan teknologi antara wilayah perkotaan dan pedesaan juga menjadi masalah yang perlu segera diatasi. Tanpa pemerataan pembangunan, bonus demografi justru berpotensi melahirkan kesenjangan sosial yang lebih luas.
Penutup
Bonus demografi di NTB merupakan peluang besar yang datang hanya sekali dalam satu generasi. Namun, keberhasilannya bergantung pada sejauh mana pemerintah dan masyarakat mampu bekerja sama membangun SDM unggul, membuka lapangan kerja, serta memperkuat ekonomi lokal.
Jika seluruh potensi ini dikelola secara strategis, NTB dapat menjadi salah satu daerah yang paling berpengaruh dalam perjalanan Menuju Indonesia Emas 2045. Dari wilayah timur Indonesia, semangat perubahan itu sedang tumbuh — dan kini saatnya menjadikannya nyata.