Bekasi, Hariansriwijaya.com — Nama Aura Cinta mendadak viral di media sosial setelah berani mengkritik kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terkait larangan perpisahan sekolah dan pembongkaran rumah di bantaran sungai. Video protesnya yang diunggah melalui akun TikTok @iam_auracinta mengundang perhatian luas, bahkan hingga mengundang respons langsung dari sang gubernur.
Dilansir dari https://incaberita.co.id/category/lokal/, Dalam unggahan videonya, Aura menyoroti kebijakan pembangunan pemerintah daerah yang dinilai mengorbankan rakyat kecil. “Lucu ya katanya pembangunan tapi yang dikorbanin rakyat kecil, proyek-proyek besar terus diluncurin, mulai dari larangan motor, sekolah tanpa wisuda, bahkan bendungannya bikin warga terusir dari rumahnya,” ujar Aura dalam video yang telah ditonton jutaan kali tersebut.
Protes Soal Pembongkaran Rumah dan Larangan Wisuda
Aura Cinta diketahui tinggal bersama keluarganya di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi. Rumah mereka berdiri di bantaran sungai, yang kemudian dibongkar pemerintah karena dinilai melanggar aturan tentang penggunaan lahan negara. Pembongkaran ini menjadi pemicu utama kemarahan Aura, yang kemudian diperparah dengan pelarangan kegiatan perpisahan sekolah di wilayah Jawa Barat.
Sikap berani Aura Cinta menyuarakan keresahan rakyat kecil membuat dirinya diundang langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Aura datang ke pertemuan tersebut bersama kedua orang tuanya, dan kembali menunjukkan keteguhan sikapnya.
Dalam dialog terbuka itu, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa pelarangan acara wisuda di sekolah bertujuan untuk meringankan beban orang tua. Menurut Dedi, banyak laporan dari masyarakat yang mengeluhkan mahalnya biaya acara perpisahan.
“Tidak boleh ada beban untuk orang tua, jangan sampai BOS dibayar pemerintah tapi siswanya hura-hura,” tegas Dedi Mulyadi melalui kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.
Gubernur Dedi juga menambahkan bahwa larangan tersebut justru bentuk perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan, agar tidak ada pungutan liar yang dibebankan kepada siswa dan orang tua.
Aura Tetap Bersikukuh
Meski telah mendapat penjelasan, Aura tetap dengan pendiriannya. Ia meminta agar kebijakan pelarangan wisuda dipertimbangkan kembali dengan opsi pengelolaan biaya yang lebih rasional.
“Mohon maaf ya Pak, saya bukan menolak kebijakan Bapak. Saya hanya berharap jangan dihapus, mungkin ada solusi supaya semua orang bisa menerima,” ucap Aura dengan tenang.
Sikap santun namun tegas yang ditunjukkan Aura saat menyampaikan pendapatnya menuai banyak pujian dari warganet. Banyak yang menilai bahwa keberanian Aura mencerminkan suara rakyat kecil yang sering terabaikan dalam kebijakan pembangunan.
Respons Gubernur dan Harapan untuk Aura Cinta
Di hadapan Aura dan warga lainnya, Dedi Mulyadi menyampaikan apresiasinya atas keberanian memberikan kritik. Ia menegaskan bahwa pemerintah membutuhkan masukan dari masyarakat, termasuk dari kalangan muda seperti Aura.
“Terima kasih sudah mengkritik. Kritik itu penting. Tapi kadang-kadang yang kontra itu bukan karena mau wisuda, tapi karena sedang susah cari uang,” kata Dedi.
Lebih lanjut, Gubernur Dedi berharap agar kelak Aura Cinta dapat menjadi pelopor dalam menjaga lingkungan, terutama dalam mengingatkan masyarakat tentang pentingnya tidak mendirikan bangunan di lahan negara atau bantaran sungai.
Mengenal Sosok Aura Cinta
Dalam pertemuan tersebut terungkap lebih banyak tentang latar belakang Aura Cinta. Ia bersama keluarganya berasal dari Solo, Jawa Tengah, sebelum kemudian menetap di Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Ayahnya bekerja sebagai pedagang, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Aura merupakan lulusan SMA Negeri 1 Cikarang dan bercita-cita melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Ia berencana kuliah di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan Filsafat.
Aura mengaku keluarganya sudah bertahun-tahun tinggal di bantaran sungai, menempati lahan yang merupakan tanah negara. Kondisi tersebut membuat keluarganya menjadi salah satu yang terdampak kebijakan normalisasi sungai yang dilakukan pemerintah.
Media Sosial Jadi Sarana Aspirasi
Fenomena viralnya protes Aura Cinta membuktikan bahwa media sosial kini menjadi alat efektif bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menyuarakan aspirasi. Dalam era digital saat ini, suara-suara rakyat kecil dapat langsung menjangkau pengambil kebijakan, tanpa harus melalui jalur birokrasi yang panjang.
Dukungan terhadap Aura membanjiri media sosial. Banyak pengguna yang merasa suara mereka turut terwakilkan lewat keberanian Aura. Di sisi lain, tak sedikit pula yang mengingatkan pentingnya memahami kebijakan pemerintah secara utuh sebelum menyampaikan kritik.
Kesimpulan
Kasus Aura Cinta menjadi cerminan nyata hubungan antara pemerintah dan masyarakat di era keterbukaan informasi. Keberanian remaja seperti Aura dalam menyuarakan keresahan sosial patut diapresiasi, sekaligus menjadi pelajaran bahwa kritik dan dialog yang sehat merupakan fondasi demokrasi yang kokoh.
Pemerintah pun diharapkan dapat terus membuka ruang komunikasi dengan masyarakat, sehingga kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada kebutuhan rakyat. Di tengah polemik yang terjadi, semangat untuk mencari solusi terbaik tanpa mengabaikan suara rakyat harus tetap menjadi prioritas.