Lubuklinggau, Hariansriwijaya.com – Sebuah simbol kebanggaan Lubuklinggau, berupa penutup dinding berbentuk tanjak di Gedung Taman Olahraga Megang, mengalami kerusakan parah setelah diterjang angin puting beliung pada Sabtu sore, 5 Oktober 2024. Tanjak raksasa yang diklaim sebagai tanjak terbesar di dunia ini, bagian dari identitas budaya Melayu, terlepas dari strukturnya saat angin kencang menerjang kawasan tersebut, meninggalkan puing-puing yang berserakan.
Angin puting beliung yang menerjang wilayah Lubuklinggau tak hanya merusak tanjak ikonik itu, tetapi juga menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian bangunan gedung olahraga tersebut. Kerusakan ini langsung mengundang perhatian masyarakat setempat yang menyaksikan simbol budaya yang selama ini mereka banggakan kini rusak parah akibat bencana alam.
Kronologi Kerusakan
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 16.30 WIB, ketika angin kencang tiba-tiba menerjang kawasan Taman Olahraga Megang. Dalam hitungan menit, tiupan angin yang sangat kuat merusak penutup dinding berbentuk tanjak yang menghiasi bagian luar gedung olahraga tersebut. Material bangunan yang terdiri dari besi dan bahan komposit lepas dari tempatnya dan jatuh berserakan di sekitar lokasi.
Menurut beberapa saksi mata, kejadian berlangsung sangat cepat. Warga yang berada di sekitar gedung mengatakan bahwa angin puting beliung datang secara tiba-tiba, tanpa tanda-tanda sebelumnya. “Awalnya cuaca terlihat mendung, tapi tak menyangka angin sekuat itu datang. Tiba-tiba saja bagian tanjak yang besar itu terlepas dan jatuh ke bawah,” kata Rudi, seorang pedagang di sekitar lokasi kejadian.
Kerusakan Berdampak pada Kegiatan di Gedung Taman Olahraga
Kerusakan pada tanjak raksasa ini tidak hanya merusak estetika gedung, tetapi juga mempengaruhi aktivitas di dalamnya. Gedung Taman Olahraga Megang merupakan pusat kegiatan olahraga dan acara-acara besar di Kota Lubuklinggau, dan tanjak raksasa tersebut selama ini menjadi ikon yang menyambut pengunjung. Akibat kejadian ini, beberapa kegiatan yang dijadwalkan berlangsung di gedung tersebut terpaksa ditunda untuk sementara waktu hingga proses perbaikan selesai.
Pemerintah Kota Lubuklinggau, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, langsung melakukan inspeksi terhadap bangunan yang rusak tersebut. Mereka juga segera mengerahkan tim untuk membersihkan area yang terdampak dan memastikan tidak ada korban jiwa atau cedera akibat insiden ini. “Kami akan segera melakukan perbaikan terhadap tanjak dan gedung yang rusak agar bisa kembali berfungsi dengan baik. Ini adalah simbol penting bagi kota kami, jadi kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaikinya secepat mungkin,” ujar Kepala Dinas PUPR, Heri Santoso.
Tanjak Raksasa: Kebanggaan dan Simbol Budaya
Tanjak yang menghiasi Gedung Taman Olahraga Megang ini bukanlah sekadar ornamen biasa. Tanjak adalah tutup kepala khas pria Melayu yang memiliki makna mendalam dalam budaya Sumatera Selatan. Bentuk tanjak ini dipilih untuk menjadi simbol Kota Lubuklinggau dalam upaya melestarikan warisan budaya Melayu yang menjadi identitas masyarakat setempat.
Tanjak raksasa di gedung ini diklaim sebagai yang terbesar di dunia, dengan ukuran mencapai beberapa meter dan konstruksi yang memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit untuk dibangun. Keberadaan tanjak ini di Lubuklinggau menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan dan sering dijadikan latar belakang foto oleh pengunjung. Tak heran jika kerusakan ini menimbulkan keprihatinan masyarakat, karena tanjak tersebut telah menjadi bagian dari identitas visual kota.
“Kerusakan tanjak ini sungguh disayangkan, karena selain sebagai simbol budaya, juga menjadi daya tarik wisata bagi Lubuklinggau. Banyak wisatawan yang datang untuk melihat langsung ikon ini,” ungkap Edi, seorang tokoh masyarakat setempat.
Proses Perbaikan dan Upaya Pemulihan
Pemulihan tanjak yang rusak ini diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama, mengingat ukuran dan material yang digunakan untuk membangunnya. Pemerintah Kota Lubuklinggau telah menyatakan komitmennya untuk segera memulai proses perbaikan, dengan harapan ikon budaya tersebut dapat segera kembali berdiri tegak seperti sedia kala. Selain itu, mereka juga akan melakukan evaluasi terhadap struktur bangunan untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang.
“Kami akan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap struktur tanjak dan bangunan lainnya. Ke depannya, kami juga akan meningkatkan standar konstruksi agar lebih tahan terhadap cuaca ekstrem,” kata Heri.
Angin puting beliung sendiri bukanlah fenomena yang jarang terjadi di wilayah Sumatera Selatan, terutama saat musim pancaroba. Meski demikian, kerusakan sebesar ini jarang terjadi dan menjadi pelajaran penting bagi pihak berwenang untuk lebih mempersiapkan infrastruktur kota agar lebih tangguh dalam menghadapi bencana alam.
Dengan komitmen dari pemerintah dan dukungan masyarakat, diharapkan tanjak terbesar di dunia yang menjadi kebanggaan Lubuklinggau ini dapat segera pulih dan kembali menjadi simbol kebanggaan yang menginspirasi generasi mendatang.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!