DEMAK – Dunia pendidikan kembali diguncang oleh insiden kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru terhadap siswa di sebuah SMP negeri di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Seorang guru laki-laki terekam kamera tengah menendang seorang siswa saat ujian tengah berlangsung. Aksi ini terekam dalam sebuah video pendek yang kini telah menyebar luas di media sosial, memicu kemarahan publik serta perhatian dari pihak berwenang.
Dalam rekaman tersebut, terlihat jelas sang guru naik ke atas meja kelas, kemudian melayangkan tendangan ke arah kepala seorang siswa yang duduk di bangkunya. Kejadian itu terjadi di tengah suasana ujian semester yang seharusnya kondusif dan penuh konsentrasi.
Dugaan Pemicu dan Kronologi Kejadian
Berdasarkan info dari Channel Youtube Incaberita, Kejadian yang mengejutkan ini diduga dipicu oleh suara siulan yang terdengar dari luar ruang kelas. Guru pengawas yang bertugas mengawasi ujian merasa terganggu dan mengira suara tersebut berasal dari dalam kelas. Tanpa proses klarifikasi yang mendalam, ia langsung mengarahkan emosinya kepada salah satu siswa yang diduga sebagai pelaku.
Siswa yang menjadi sasaran, disebut-sebut sempat mengelak dan menyatakan tidak bersiul. Namun, hal tersebut tak menghalangi tindakan kekerasan dari guru yang bersangkutan. Setelah naik ke meja untuk memastikan arah suara, guru tersebut kembali ke posisi siswa dan secara tiba-tiba melayangkan dua kali tendangan.
Situasi ini membuat suasana kelas menjadi mencekam. Beberapa siswa lain yang mencoba menenangkan keadaan justru ikut terkena imbas. Ada yang mengaku juga menerima tendangan, bahkan saat berusaha melerai.
Video Viral dan Reaksi Netizen
Peristiwa ini menjadi sorotan nasional setelah video berdurasi kurang dari 30 detik tersebut menyebar luas melalui berbagai platform media sosial. Banyak pihak menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh pendidik tersebut, mengingat guru seharusnya menjadi sosok panutan dan pelindung bagi siswa di lingkungan sekolah.
Topik video viral guru tendang murid menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Warganet mengecam keras tindakan tersebut dan mempertanyakan kompetensi serta integritas oknum guru yang bersangkutan.
Tak sedikit pula yang menyoroti pentingnya pelatihan pengendalian emosi bagi para pendidik, terutama ketika menghadapi tekanan di ruang kelas. Situasi ujian memang sering kali menimbulkan ketegangan, namun bukan alasan untuk melibatkan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
Langkah Penanganan dari Pihak Sekolah dan Dinas Terkait
Setelah insiden ini mencuat ke publik, pihak sekolah dikabarkan langsung mengadakan pertemuan internal. Oknum guru telah dimintai keterangan dan dilakukan pendekatan mediasi dengan orang tua siswa yang menjadi korban.
Pihak dinas pendidikan kabupaten turut serta dalam penyelesaian persoalan ini. Mereka menyatakan bahwa guru yang bersangkutan telah diberikan peringatan keras dan proses evaluasi terhadap etika dan perilaku yang dilakukan tengah berlangsung.
Meski pada akhirnya kasus ini diselesaikan melalui pendekatan damai antara kedua pihak, publik tetap mendorong agar ada langkah pembinaan lebih lanjut terhadap tenaga pendidik agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Pentingnya Pembinaan dan Evaluasi Sistemik
Insiden ini bukan hanya menjadi tamparan bagi satu sekolah atau daerah, melainkan bagi sistem pendidikan secara nasional. Di tengah upaya peningkatan mutu pendidikan dan penanaman karakter, kekerasan fisik oleh guru adalah kontradiktif.
Sudah saatnya pemerintah dan lembaga pendidikan meningkatkan pelatihan bagi guru dalam hal manajemen emosi, resolusi konflik, serta metode pendekatan humanis kepada siswa. Tidak hanya menekankan sisi akademik, tetapi juga memperkuat pendidikan karakter untuk seluruh ekosistem sekolah.
Guru tetaplah manusia biasa yang bisa mengalami tekanan. Namun sebagai figur publik di lingkungan pendidikan, setiap tindakannya harus dapat dikendalikan dan mencerminkan nilai-nilai edukatif.
Reaksi dari Psikolog dan Pengamat Pendidikan
Psikolog pendidikan mengingatkan bahwa tindakan kekerasan di lingkungan sekolah bisa memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental siswa. Korban berpotensi mengalami trauma, menurunnya kepercayaan diri, bahkan menjadi takut terhadap institusi pendidikan secara keseluruhan.
Sementara itu, pengamat pendidikan menilai bahwa perlu adanya regulasi yang lebih ketat dalam menindak pelanggaran etika profesi guru. Tidak cukup hanya dengan permintaan maaf atau mediasi, tetapi perlu juga langkah konkret seperti pelatihan ulang dan sistem pengawasan internal yang lebih baik.
Penutup
Peristiwa guru menendang murid di Demak merupakan pelajaran berharga yang tidak boleh diabaikan. Ini adalah cermin bahwa sistem kita masih membutuhkan banyak perbaikan, terutama dalam hal pembinaan sumber daya manusia di sektor pendidikan.
Ke depan, kita perlu lebih serius dalam membangun lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan. Baik guru, siswa, maupun pihak sekolah harus saling menjaga etika, komunikasi, dan rasa hormat dalam menjalankan perannya masing-masing.
Dengan menjadikan peristiwa ini sebagai bahan evaluasi menyeluruh, harapannya dunia pendidikan Indonesia bisa benar-benar menjadi rumah kedua yang ramah bagi generasi penerus bangsa