Jakarta, Hariansriwijaya.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan metode Heat-Moisture Treatment (HMT) atau perlakuan panas dan kelembapan, sebagai inovasi untuk meningkatkan kualitas pakan sapi potong berbahan dasar singkong. Metode ini dirancang untuk memodifikasi struktur pati dalam singkong agar lebih optimal sebagai pakan ternak.
Ki Ageng Sarwono, peneliti dari Pusat Riset Zoologi Terapan (PRZT) BRIN, menjelaskan bahwa teknik HMT bertujuan untuk menghasilkan pati resisten yang lebih lambat terurai, sehingga meningkatkan efisiensi pakan, mendukung kesehatan pencernaan sapi, dan memastikan produktivitas peternakan tetap berkelanjutan.
Singkong merupakan bahan pakan yang kaya akan pati dan memiliki potensi besar sebagai sumber energi untuk ternak. Namun, singkong yang difermentasi terlalu cepat dalam rumen dapat menyebabkan masalah pencernaan, termasuk risiko metabolik seperti asidosis yang dapat menurunkan produktivitas sapi.
Modifikasi Singkong untuk Pakan yang Lebih Efisien
Menurut Sarwono, modifikasi singkong menggunakan metode HMT dapat memperlambat laju fermentasi dalam rumen sapi, yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan hewan ternak. “Dengan HMT, proses fermentasi dalam rumen menjadi lebih lambat, sehingga masalah pencernaan seperti asidosis dapat diminimalkan,” ujarnya.
Metode HMT dikenal sebagai cara yang sederhana dan terjangkau untuk meningkatkan kandungan pati resisten dalam singkong. Pati resisten ini lebih sulit dicerna oleh sapi, yang justru memberikan manfaat bagi kesehatan sapi karena memperlambat proses pencernaan dan mengurangi risiko gangguan metabolik.
Proses Sederhana dan Efisien
Proses HMT dilakukan dengan cara memanaskan singkong menggunakan tekanan tinggi, seperti dalam panci presto, kemudian mendinginkannya kembali menggunakan lemari pendingin. Pemanasan dan pendinginan ini dilakukan berulang kali untuk mencapai hasil yang optimal.
Sarwono menjelaskan bahwa metode ini tidak hanya mudah diterapkan, tetapi juga efisien dalam meningkatkan kualitas nutrisi pakan ternak, khususnya dalam meningkatkan kandungan pati resisten yang bermanfaat bagi pencernaan sapi.
Dampak Positif pada Kesehatan Sapi dan Lingkungan
Penelitian yang dilakukan oleh BRIN menunjukkan bahwa perlakuan HMT berhasil meningkatkan kandungan pati resisten pada singkong, yang pada gilirannya memperlambat laju fermentasi dalam rumen sapi. Hasilnya, risiko asidosis dapat dikurangi, sementara kualitas pakan meningkat.
Lebih lanjut, perlakuan HMT juga memberikan dampak positif lainnya, yakni mengurangi produksi gas metana dalam rumen sapi. Hal ini menjadikan praktik peternakan lebih ramah lingkungan, mengingat gas metana adalah salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.
“Dengan proses ini, singkong menjadi sumber energi yang lebih stabil dan efisien. Pakan yang diproses dengan HMT memperpanjang waktu pencernaan di rumen, meningkatkan efisiensi energi tubuh sapi, dan pada akhirnya mendukung peningkatan produktivitas ternak,” ujar Sarwono.
Inovasi untuk Peternakan Berkelanjutan
Metode HMT ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi peternak sapi potong dalam mengelola pakan ternak secara lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan mengurangi risiko asidosis dan meminimalkan dampak lingkungan, BRIN berharap inovasi ini dapat meningkatkan produktivitas peternakan secara keseluruhan, serta memberikan manfaat bagi keberlanjutan industri peternakan di Indonesia.
Sarwono menegaskan bahwa teknologi ini juga membuka peluang untuk penggunaan bahan pakan lokal yang lebih optimal, yang dapat menggantikan ketergantungan pada pakan berbasis biji-bijian yang seringkali lebih mahal dan kurang ramah lingkungan.