Kesehatan, Hariansriwijaya.com – Aplastik Anemia (Aplastic Anaemia) adalah kondisi langka namun serius di mana tubuh berhenti memproduksi sel darah baru. Gangguan ini, seringkali disalahpahami dan salah diagnosis, dapat menyebabkan komplikasi mengancam nyawa jika tidak diobati. Dengan kesadaran dan sumber daya terbatas di wilayah tertentu, termasuk Indonesia, banyak pasien menghadapi diagnosis tertunda dan pilihan pengobatan yang tidak memadai. Tanpa intervensi, kasus berat dapat mengakibatkan infeksi, pendarahan tidak terkendali, dan kegagalan organ.
Apa Penyebab Gangguan Darah Ini?
Berbeda dengan jenis anemia lain yang disebabkan kekurangan zat besi atau defisiensi vitamin, Aplastik Anemia dihasilkan dari kerusakan sumsum tulang. Kerusakan ini mencegah produksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Penyebab pastinya sering tidak diketahui, namun beberapa pemicu umum meliputi:
- Gangguan autoimun yang menyerang sel sumsum tulang
- Paparan bahan kimia beracun seperti pestisida atau benzena
- Infeksi virus tertentu, termasuk hepatitis dan virus Epstein-Barr
- Efek samping kemoterapi atau terapi radiasi
- Kondisi genetik, terutama pada pasien muda
Sebuah studi di Surabaya mengungkapkan bahwa pajanan pekerjaan terhadap bahan kimia beracun di area industri dapat berkontribusi pada peningkatan kasus Aplastik Anemia, terutama di kalangan pekerja pabrik yang menangani zat berbahaya. Selain itu, meningkatnya tingkat polusi di Jakarta juga dapat menjadi faktor pendukung.
Mengenali Gejala Dini
Banyak individu mengabaikan tanda-tanda awal Aplastik Anemia sebagai kelelahan umum atau infeksi ringan, yang menyebabkan diagnosis tertunda. Beberapa gejala utama meliputi:
- Kelelahan tidak beralasan dan persisten
- Infeksi yang sering karena jumlah sel darah putih rendah
- Memar tidak biasa atau pendarahan berkepanjangan dari luka kecil
- Kulit pucat, pusing, dan sakit kepala
- Sesak napas bahkan dengan aktivitas minimal
Data dari klinik hematologi terkemuka di Jakarta menunjukkan bahwa hampir 30% kasus Aplastik Anemia (Aplastic Anaemia) didiagnosis pada tahap lanjut karena kurangnya kesadaran tentang gejala-gejala ini. Dengan edukasi dan pengujian dini yang lebih baik, pasien dapat menerima pengobatan sebelum komplikasi berat terjadi.