Jakarta, Hariansriwijaya.com – Harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat penurunan signifikan pada Kamis (27/6/2024). Di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung, harga emas turun sebesar Rp11.000 per gram, menjadi Rp1.350.000 per gram. Harga buyback emas Antam juga mengalami penurunan, turun Rp15.000 per gram menjadi Rp1.220.000 per gram.
Penurunan harga emas Antam ini sejalan dengan penurunan harga emas dunia yang tercatat mengalami depresiasi sebesar 0,91% pada penutupan perdagangan Rabu (26/6/2024), turun ke angka US$2.297 per troy ons.
Menurut laporan Kitco, pasar emas global gagal mempertahankan momentum bullish, dengan harga terus bergerak di bawah level psikologis US$2.300 per troy ons. Hal ini terjadi meskipun data ekonomi menunjukkan kelemahan lebih lanjut di pasar perumahan Amerika Serikat (AS), yang mencerminkan rendahnya minat konsumen untuk membeli rumah baru.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Sensus AS dan Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS, penjualan rumah baru turun 11,3% pada bulan lalu, menjadi tingkat penjualan tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 619.000 rumah. Angka ini berada di bawah revisi naik April sebesar 698.000 rumah dan jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksikan penjualan sekitar 634.000 rumah.
Secara tahunan, yang menghilangkan volatilitas bulanan, penjualan rumah baru menunjukkan penurunan signifikan sebesar 16,5% dibandingkan Mei 2023. Meskipun demikian, pasar emas tidak menunjukkan reaksi yang signifikan terhadap data ekonomi terbaru ini.
Tekanan pada harga emas juga diperkuat oleh sikap hawkish dari bank sentral AS (The Fed). Gubernur The Fed, Michelle Bowman, menegaskan bahwa belum saatnya untuk mulai menurunkan suku bunga dan bahkan mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi. Sikap hawkish ini menambah tekanan pada harga emas yang sudah tertekan oleh faktor-faktor ekonomi lainnya.
Faktor Eksternal dan Domestik yang Mempengaruhi Harga Emas
Penurunan harga emas global dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan dan kebijakan moneter The Fed. Pasar perumahan yang lesu di AS, seperti yang ditunjukkan oleh penurunan penjualan rumah baru, mencerminkan kondisi ekonomi yang masih menghadapi tantangan. Konsumen yang enggan membeli rumah baru menunjukkan ketidakpastian dan kekhawatiran mengenai prospek ekonomi, yang biasanya akan mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas. Namun, kali ini, harga emas justru tertekan.
Di sisi lain, kebijakan moneter The Fed yang cenderung hawkish juga memberikan tekanan pada harga emas. Pernyataan dari Gubernur The Fed, Michelle Bowman, yang mengindikasikan bahwa suku bunga mungkin masih akan dinaikkan jika inflasi tetap tinggi, menambah ketidakpastian di pasar. Kebijakan suku bunga yang tinggi biasanya mengurangi daya tarik emas sebagai aset investasi karena emas tidak menghasilkan bunga.
Prospek Harga Emas ke Depan
Dengan berbagai tekanan eksternal yang mempengaruhi harga emas, prospek jangka pendek harga emas masih terlihat bearish. Namun, dalam jangka panjang, harga emas tetap memiliki potensi untuk pulih, terutama jika kondisi ekonomi global terus mengalami ketidakpastian. Investor akan terus memantau data ekonomi dan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Dalam situasi ini, penting bagi investor emas untuk tetap waspada dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi harga emas. Dengan demikian, mereka dapat membuat keputusan investasi yang lebih tepat dan mengoptimalkan portofolio mereka di tengah volatilitas pasar yang terus berlanjut.