Jakarta, Hariansriwijaya.com – Dalam menghadapi tantangan di pasar global, komoditas ikan tuna yang merupakan andalan ekspor Indonesia harus berinovasi dalam teknologi untuk tetap kompetitif. Langkah ini diperlukan untuk bersaing dengan berbagai merek baru yang mengedepankan sertifikasi Marine Stewardship Council (MSC), metode penangkapan Pole and Line, serta transparansi dan keberlanjutan.
Abrizal Ang, Wakil Presiden PT Samudra Mandiri Sentosa dan Bendahara Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI), mengungkapkan bahwa produk tuna Indonesia saat ini telah tergeser dari posisi 10 besar di pasar Amerika Serikat. “Indonesia sebenarnya memiliki semua kriteria yang diperlukan, namun kita masih kalah dalam hal teknologi yang digunakan,” jelasnya dalam diskusi Tuna Investment and Business Forum (ITIBF) 2024 yang digelar oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (25/6).
Pentingnya Teknologi dalam Rantai Pasok Tuna
Abrizal menekankan bahwa untuk meningkatkan keamanan dan ketahanan pangan, teknologi harus terus berkembang agar bisa memberikan informasi yang lebih akurat kepada pengecer dan konsumen mengenai asal makanan mereka. Pelaku usaha dituntut untuk terus berinovasi dalam mengembangkan teknologi pengolahan tuna guna memenuhi standar ekspor dunia.
“Inovasi yang kami lakukan mencakup seluruh sistem rantai pasok pangan, mulai dari laut hingga proses pemasaran,” jelas Abrizal. “Di laut, kami menggunakan electronic monitoring; di pelabuhan pendaratan, kami memiliki aplikasi e-bongkar; dan dalam proses pengolahan, kami juga menggunakan aplikasi e-bongkar 2 serta pasar mikro. Semua sistem ini harus bekerja secara komprehensif.”
Harapan Pelaku Industri Internasional
Kyri Prokidis, Managing Director Phoenix Seafood di Inggris, menyatakan harapannya agar bisnis tuna berkelanjutan di Indonesia terus berkembang. Phoenix Seafood telah lama menjadi pembeli tuna dari Indonesia, dan tahun ini perusahaan tersebut memiliki kontrak dagang sebesar USD 3 juta dengan volume 300 metrik ton. “Kami membeli tuna dari Indonesia karena faktor keberlanjutan, konsistensi, kualitas, serta komitmen dari unit pengolahan ikan dan layanan importir. Saya berharap bisnis tuna berkelanjutan ini akan terus tumbuh,” katanya.
Dukungan Pemerintah melalui Inovasi Teknologi
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistiyo, mengungkapkan bahwa KKP terus berupaya berinovasi menggunakan teknologi untuk mengembangkan potensi ekspor komoditas tuna. “Kami akan terus mengembangkan berbagai inovasi teknologi guna meningkatkan ekspor tuna,” jelas Budi dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (25/6). Upaya yang telah dilakukan meliputi monitoring, pengolahan produk, hingga sistem layanan perizinan.
ITIBF 2024: Forum Kolaborasi dan Inovasi
ITIBF 2024 merupakan forum yang mencakup business matching, sharing session, tuna investment expo, sustainable tuna expo, serta demo sustainable tuna sashimi. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Tahun Tuna 2024 yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada November 2023. Tujuannya adalah mendorong peningkatan nilai transaksi produk tuna dan memasyarakatkan konsumsi tuna dalam negeri.
Forum ini dihadiri oleh sedikitnya 300 peserta, termasuk unit pengolahan ikan (UPI), perwakilan dagang negara mitra, kepala daerah, industri pendukung seperti logistik, cold chain system, jaringan ritel, hotel, restoran, serta lembaga sertifikasi terkait tuna. Dalam forum ini, berbagai pelaku usaha juga menandatangani kerja sama untuk memperluas pasar komoditas tuna.
Dengan beragam inovasi dan kolaborasi ini, diharapkan Indonesia mampu mengembalikan kejayaannya di pasar tuna global dan memastikan keberlanjutan komoditas andalan ekspornya.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!