Baturaja, Hariansriwijaya.com – Bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali menelan korban jiwa. Siti Maimunah binti Majuri, seorang wanita berusia 60 tahun, ditemukan tewas di kebun karet yang terletak di Blok F, Desa Sri Mulya, Kecamatan Sinar Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Tragedi ini terjadi pada Selasa (3/9/2024) sekitar pukul 22.00 WIB, ketika api yang berkobar di lahan tersebut menelan korban di tengah upaya pemadaman yang terus dilakukan.
Menurut informasi dari pihak kepolisian, Siti Maimunah ditemukan dalam kondisi mengenaskan, dengan luka bakar yang sangat parah di tubuhnya. Bagian pipi, pinggang, dan kaki kiri korban mengalami luka bakar yang luas, menunjukkan betapa dahsyatnya api yang melalap area tersebut. Penemuan jasad Siti Maimunah ini menambah panjang daftar korban jiwa akibat karhutla yang masih terus mengancam berbagai wilayah di Sumatera Selatan.
Kronologi kejadian berawal saat Siti Maimunah diduga sedang berada di kebun karet miliknya ketika kebakaran terjadi. Kebun tersebut, yang terletak di kawasan yang cukup terpencil, memang rentan terhadap bahaya karhutla, terutama di musim kemarau yang membuat kondisi lahan sangat kering dan mudah terbakar. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan Siti Maimunah berada di kebun tersebut pada malam hari, namun dugaan sementara pihak berwenang menyebutkan bahwa korban mungkin terjebak oleh api yang cepat menjalar dan tidak sempat menyelamatkan diri.
Polisi yang menerima laporan dari warga setempat segera menuju lokasi kejadian. Setelah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), mereka memastikan bahwa korban memang meninggal dunia akibat luka bakar yang dideritanya. Tim medis yang berada di lokasi juga melakukan pemeriksaan awal dan menyatakan bahwa korban tewas di tempat sebelum sempat mendapatkan pertolongan.
Kapolsek Sinar Peninjauan, yang memimpin langsung penyelidikan di TKP, menyatakan bahwa kebakaran yang terjadi di area tersebut cukup besar dan merambat dengan cepat. “Kondisi lahan yang kering dan angin kencang menyebabkan api sulit dikendalikan, dan ini menjadi tantangan besar bagi petugas pemadam kebakaran serta masyarakat sekitar yang mencoba membantu,” ujarnya. Hingga saat ini, penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan lebih lanjut, namun kuat dugaan bahwa api berasal dari pembakaran lahan yang tidak terkontrol.
Tragedi ini menjadi peringatan keras akan bahaya karhutla yang kerap terjadi di wilayah Sumatera Selatan, terutama saat musim kemarau. Kebakaran hutan dan lahan bukan hanya merusak ekosistem dan mengancam kesehatan masyarakat akibat kabut asap, tetapi juga berpotensi mengakibatkan kehilangan nyawa seperti yang dialami Siti Maimunah. Masyarakat dihimbau untuk lebih waspada dan menghindari aktivitas yang dapat memicu kebakaran, seperti pembakaran sampah atau lahan tanpa pengawasan yang memadai.
Pihak keluarga Siti Maimunah yang mendengar kabar duka ini segera mendatangi lokasi kejadian. Mereka tampak terpukul dan tidak percaya bahwa Siti Maimunah, yang dikenal sebagai sosok pekerja keras dan ibu yang penyayang, harus kehilangan nyawa dalam situasi yang tragis seperti ini. Jenazah korban kemudian dibawa ke rumah duka untuk proses pemakaman yang akan dilaksanakan dengan penuh kesedihan oleh keluarga dan kerabat dekat.
Peristiwa ini juga menimbulkan keprihatinan dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah daerah yang langsung menginstruksikan peningkatan pengawasan terhadap potensi karhutla di wilayah OKU. Mereka berjanji akan mengambil langkah-langkah lebih tegas untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang, termasuk penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelaku pembakaran lahan yang disengaja.
Dalam beberapa bulan terakhir, kasus karhutla di Sumatera Selatan mengalami peningkatan, seiring dengan semakin keringnya kondisi lahan akibat musim kemarau. Pemerintah dan aparat terkait terus berupaya memadamkan titik-titik api yang muncul, namun tantangan di lapangan sangat besar, terutama di daerah yang sulit dijangkau. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya kerja sama semua pihak dalam mengatasi masalah karhutla, demi menyelamatkan nyawa, lingkungan, dan masa depan yang lebih baik.