Kayuagung, Hariansriwijaya.com – Kerajinan gerabah di Kelurahan Kedaton, Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, terus bertahan dari gempuran modernisasi dan zaman. Meski sudah berabad-abad berlalu, tradisi membuat gerabah ini masih tetap eksis dan dijaga dengan penuh kebanggaan oleh masyarakat setempat. Di tengah era digital yang serba canggih, tradisi ini menjadi bukti bahwa warisan budaya leluhur masih memiliki tempat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut catatan sejarah, kerajinan gerabah di Kedaton dipercaya sudah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya. Kala itu, gerabah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari wadah penyimpanan hingga peralatan rumah tangga. Hingga kini, proses pembuatan gerabah di Kedaton masih mempertahankan cara tradisional yang diwariskan turun-temurun, menggunakan bahan dasar tanah liat dan pasir yang diolah secara manual.
Warisan Leluhur yang Tak Lekang oleh Waktu
Masyarakat Kedaton, terutama para perajin, bangga mempertahankan teknik dan metode pembuatan gerabah yang sudah ada sejak nenek moyang mereka. Proses pembuatan gerabah di sini masih sangat tradisional, mulai dari pengolahan bahan, pembentukan, hingga proses pembakaran. Tanah liat yang digunakan berasal dari lahan-lahan sekitar, sementara pasir ditambahkan untuk memberikan kekuatan pada gerabah yang dihasilkan.
Di era modern ini, banyak alat rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik atau logam, namun gerabah dari Kedaton tetap diminati. Meskipun secara fungsional banyak alat yang bisa digantikan, ada nilai artistik dan kultural yang membuat produk-produk gerabah ini tetap memiliki daya tarik tersendiri, baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Kayuagung.
“Gerabah ini tidak hanya sekadar barang kebutuhan sehari-hari, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi. Kami belajar dari orang tua kami, dan mereka belajar dari generasi sebelumnya,” ungkap Wahyu, salah satu perajin gerabah di Kedaton.
Wahyu menambahkan, proses membuat gerabah membutuhkan kesabaran dan keterampilan khusus yang hanya bisa dikuasai setelah bertahun-tahun berlatih. “Ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga bagian dari identitas kami sebagai masyarakat Kedaton,” tambahnya.
Tetap Eksis di Tengah Modernisasi
Di Kedaton, masih ada puluhan perajin gerabah yang aktif memproduksi berbagai macam alat rumah tangga seperti kendi, tungku, dan pot bunga. Para perajin ini umumnya berasal dari keluarga yang memang sudah lama menggeluti kerajinan ini. Mereka masih menggunakan teknik-teknik manual, tanpa bantuan mesin-mesin modern, yang membuat setiap produk gerabah di sini memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.
Meskipun persaingan dengan produk modern semakin ketat, para perajin gerabah di Kedaton tetap optimis bahwa kerajinan ini akan terus bertahan. Mereka yakin bahwa kerajinan tangan seperti ini memiliki nilai lebih dibandingkan dengan produk-produk pabrikan yang dibuat secara massal. “Kami mungkin kalah dalam hal jumlah produksi, tetapi kualitas dan nilai seni dari gerabah ini tidak bisa tergantikan,” ujar Siti, salah satu perajin lainnya.
Selain digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, kini produk-produk gerabah dari Kedaton juga sering digunakan sebagai hiasan dekoratif. Banyak pengrajin yang mulai berinovasi dengan membuat produk yang lebih artistik dan unik, seperti vas bunga dengan ukiran-ukiran khas, hingga gerabah yang digunakan sebagai lampu hias. Hal ini menjadi salah satu cara agar kerajinan gerabah tetap relevan dan diminati oleh pasar yang lebih luas.
Dukungan Pemerintah dan Tantangan yang Dihadapi
Untuk terus mempertahankan kerajinan gerabah ini, dukungan dari pemerintah daerah sangat diperlukan. Pemkab OKI melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terus memberikan perhatian terhadap kerajinan ini, salah satunya dengan mengadakan pelatihan dan memfasilitasi pemasaran produk gerabah agar bisa lebih dikenal luas, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga di tingkat nasional.
“Kami menyadari pentingnya kerajinan gerabah ini sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan. Oleh karena itu, kami berupaya memberikan dukungan berupa promosi, pameran, hingga akses ke pasar yang lebih luas agar kerajinan ini tetap hidup,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan OKI, Ridwan Santoso.
Namun, meskipun ada dukungan, para perajin tetap menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah perubahan selera konsumen yang kini lebih memilih produk-produk yang lebih praktis dan modern. Selain itu, biaya produksi yang semakin meningkat juga menjadi tantangan tersendiri, mengingat proses pembuatan gerabah membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
“Kami berharap ada lebih banyak program yang bisa mendukung para perajin, misalnya dengan memberikan bantuan alat-alat yang lebih efisien, tetapi tetap mempertahankan nilai tradisional dari kerajinan ini,” ungkap Siti.
Peluang Pasar dan Pengembangan Produk
Meski menghadapi berbagai tantangan, peluang pasar untuk produk gerabah dari Kedaton masih terbuka lebar. Dalam beberapa tahun terakhir, minat terhadap produk kerajinan tangan kembali meningkat, terutama di kalangan generasi muda yang lebih peduli terhadap keberlanjutan lingkungan dan budaya lokal. Produk-produk gerabah yang ramah lingkungan ini kini banyak dilirik sebagai alternatif dari produk-produk modern yang terbuat dari bahan-bahan non-biodegradable.
Para perajin juga mulai memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk memasarkan produk mereka. “Dulu, kami hanya menjual gerabah di pasar-pasar tradisional. Sekarang, dengan adanya media sosial, kami bisa menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke luar daerah,” kata Wahyu.
Selain itu, permintaan dari sektor pariwisata juga memberikan angin segar bagi para perajin. Banyak wisatawan yang datang ke Kayuagung tertarik membeli gerabah sebagai oleh-oleh atau suvenir. Produk-produk gerabah ini dinilai memiliki nilai artistik yang tinggi dan menjadi salah satu cara bagi wisatawan untuk membawa pulang kenangan dari kunjungan mereka.
Warisan yang Harus Dijaga
Kerajinan gerabah di Kedaton bukan hanya sekadar profesi bagi masyarakat setempat, tetapi juga merupakan bagian dari identitas dan warisan budaya yang harus dijaga. Keberlanjutan kerajinan ini tidak hanya bergantung pada para perajin, tetapi juga pada dukungan dari masyarakat luas dan pemerintah.
Melalui inovasi, promosi, dan peningkatan kualitas produk, kerajinan gerabah di Kedaton memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi salah satu ikon budaya yang membanggakan Sumatera Selatan. Dengan demikian, tradisi yang telah berlangsung sejak masa Kerajaan Sriwijaya ini tidak hanya akan tetap hidup, tetapi juga akan semakin dikenal di tingkat nasional bahkan internasional.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!