Jakarta, Hariansriwijaya.com – Kurs rupiah kembali mengalami tekanan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (18/7) pagi. Setelah ditutup pada posisi Rp 16.100 per dolar AS kemarin, rupiah dibuka melemah hingga 0,35%, berada di level Rp 16.156 per dolar AS pada pukul 9.19 WIB.
Rupiah Memimpin Pelemahan di Asia
Rupiah mencatatkan pelemahan terbesar di antara mata uang Asia pada perdagangan pagi ini. Dalam dinamika pergerakan mata uang regional, rupiah mengalami penurunan paling tajam, sementara baht Thailand menempati posisi kedua dengan pelemahan 0,14%. Mata uang Asia lainnya menunjukkan pelemahan yang relatif kecil, kurang dari 0,1%.
Sementara itu, peso Filipina justru menguat tipis sebesar 0,04% terhadap dolar AS. Penguatan ini juga terlihat pada yuan China dan dolar Hong Kong, menunjukkan perbedaan performa yang signifikan di antara mata uang Asia.
Indeks Dolar AS Menguat Tipis
Di sisi lain, indeks dolar AS, yang mencerminkan nilai tukar dolar terhadap mata uang utama dunia, menguat tipis ke level 103,78 dari posisi sebelumnya di 103,75. Indeks dolar ini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah mengalami penurunan dari level 104 pada perdagangan hari sebelumnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelemahan Rupiah
Beberapa analis menyebutkan bahwa pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik. Tekanan eksternal datang dari ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter AS yang cenderung hawkish. Di sisi domestik, investor juga menunjukkan kekhawatiran terhadap defisit neraca perdagangan Indonesia yang terus memburuk.
“Ketidakpastian global, terutama yang berkaitan dengan kebijakan moneter AS, terus memberikan tekanan pada mata uang emerging markets, termasuk rupiah,” kata Hendri Susanto, Kepala Ekonom di Bank Global Indonesia.
Reaksi Pasar dan Dampaknya
Pelemahan nilai tukar rupiah ini juga berpotensi mempengaruhi sektor ekonomi dalam negeri. Barang-barang impor menjadi lebih mahal, yang dapat meningkatkan tekanan inflasi. Di sisi lain, eksportir dapat sedikit bernafas lega dengan kurs yang lebih kompetitif.
“Kenaikan harga impor akan dirasakan oleh konsumen, terutama pada barang-barang elektronik dan bahan baku industri. Namun, eksportir akan diuntungkan karena produk mereka menjadi lebih kompetitif di pasar internasional,” tambah Hendri.
Prediksi Ke Depan
Para ekonom memprediksi bahwa nilai tukar rupiah masih akan menghadapi tekanan dalam beberapa waktu ke depan, seiring dengan dinamika global yang belum menunjukkan stabilitas. Bank Indonesia diharapkan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mencegah pelemahan yang lebih dalam.
“Dalam jangka pendek, kami melihat potensi rupiah akan tetap tertekan, tetapi langkah-langkah stabilisasi dari Bank Indonesia akan sangat krusial untuk menjaga kestabilan makroekonomi,” ujar Maria Natalia, analis pasar dari PT Investindo Asset Management.
Dengan situasi yang masih penuh ketidakpastian, para pelaku pasar dan investor disarankan untuk terus memantau perkembangan global dan domestik yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!