Kendari, Hariansriwijaya.com – Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Baito, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara, baru-baru ini diajak bermain di wahana permainan Mal The Park Kendari sebagai bagian dari program pemulihan psikologis. Kegiatan ini difasilitasi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Konsel bekerja sama dengan Polda Sultra.
Kegiatan ini dilakukan untuk membantu memulihkan kondisi mental para siswa yang terdampak oleh viralnya kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan seorang guru honorer, Supriyani, dan seorang anak berinisial D, yang merupakan putra dari Aipda Wibowo Hasyim. Kejadian tersebut telah mengguncang komunitas setempat, meninggalkan dampak psikologis yang cukup dalam bagi para siswa.
Antusiasme Anak-Anak Saat Bermain
Kepala DP3A Kabupaten Konsel, Hj. St Hafsa, yang ditemui di Kendari pada Selasa (12/11), menyampaikan bahwa kegiatan trauma healing ini disambut dengan sangat antusias oleh para siswa. “Mereka terlihat sangat ceria dan antusias bermain di wahana. Bahkan, para orang tua yang mendampingi anak-anak mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang terpancar dari wajah anak-anak tersebut,” ujar St Hafsa.
Dia menambahkan, setelah beberapa waktu mengalami trauma akibat kejadian tersebut, para siswa tampak lebih ringan dan tanpa beban saat bermain. “Wajah mereka seolah menunjukkan bahwa mereka sudah tidak lagi terbebani dengan masalah yang sempat mengganggu kehidupan mereka,” lanjutnya.
Tujuan Trauma Healing untuk Pulihkan Psikologis Anak
Menurut St Hafsa, kegiatan ini bertujuan untuk membantu memulihkan kondisi mental para siswa yang sempat terganggu akibat kasus yang terjadi di sekolah mereka. Trauma healing ini diharapkan bisa mengembalikan rasa percaya diri anak-anak dan memulihkan kondisi psikologis mereka agar bisa kembali beraktivitas secara normal di sekolah.
“Trauma healing untuk anak-anak sangat berbeda dengan dewasa. Untuk anak-anak, bermain adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi stres dan trauma. Kami berharap dengan kegiatan ini, mereka bisa melupakan peristiwa yang terjadi dan kembali menjalani kehidupan mereka dengan semangat,” jelasnya.
Kasus Penganiayaan yang Mempengaruhi Proses Belajar
St Hafsa juga menyebutkan bahwa dampak dari kasus penganiayaan tersebut membuat beberapa siswa tidak hadir di sekolah. “Kami berharap setelah kegiatan trauma healing ini, mereka bisa kembali bersosialisasi dengan teman-teman mereka tanpa ada beban, dan proses belajar mengajar di sekolah bisa kembali berjalan dengan normal,” kata St Hafsa.
Kepala SDN 4 Baito, Sanaali, juga menyambut baik kegiatan ini. Dia mengapresiasi upaya DP3A Konsel dan dukungan dari Polwan Polda Sultra yang turut berpartisipasi dalam kegiatan trauma healing ini. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Harapan kami, setelah trauma healing, mental anak-anak ini bisa pulih kembali dan mereka bisa berinteraksi dengan teman-teman mereka tanpa ada beban,” ujarnya.
Dengan kegiatan ini, diharapkan para siswa SDN 4 Baito bisa kembali merasa aman dan nyaman di lingkungan sekolah, serta bisa melanjutkan proses belajar mereka tanpa terpengaruh oleh trauma masa lalu.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!