Jakarta, Hariansriwijaya.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan Kamis (27/6/2024), melanjutkan tren positif yang telah dimulai sehari sebelumnya. IHSG berhasil ditutup di zona hijau dengan kenaikan 0,9% ke level 6.967,95. Meskipun menunjukkan kinerja yang impresif, IHSG masih belum mampu menembus level psikologis 7.000.
Sektor keuangan, terutama saham perbankan raksasa, menjadi pendorong utama penguatan IHSG. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menonjol sebagai kontributor terbesar, menyumbang 16,4 poin terhadap indeks.
Penguatan IHSG ini terjadi di tengah sikap investor yang cenderung berhati-hati, sambil menunggu kejelasan terkait kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), serta arah kebijakan fiskal pemerintahan baru Prabowo-Gibran.
Dalam dot plot terbaru yang dirilis pada Juni 2024, The Fed mengindikasikan kemungkinan adanya satu kali pemangkasan suku bunga. Namun, ekspektasi ini lebih rendah dibandingkan dengan dot plot Maret 2024 yang menunjukkan tiga kali penurunan suku bunga. Sikap hati-hati ini tercermin dari pergerakan pasar yang masih menanti kejelasan lebih lanjut dari kebijakan moneter AS.
Di sisi domestik, kebijakan fiskal pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto juga menjadi sorotan. Terdapat spekulasi bahwa rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di bawah pemerintahan baru ini akan mendekati 50%, dengan defisit fiskal sekitar 2,8%. Namun, spekulasi ini segera dibantah oleh pemerintah dalam konferensi pers pada Selasa lalu.
Dalam konferensi pers tersebut, yang membahas tentang Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, pemerintah bersama tim Prabowo menegaskan komitmen untuk menjalankan APBN 2025 dengan bijaksana. Mereka memastikan bahwa defisit akan tetap dibatasi maksimal 3% dari PDB, dan rasio utang terhadap PDB tidak akan melebihi 60%.
Laporan terbaru dari Bank Dunia, berjudul “Indonesia Economic Prospects”, memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai rata-rata 5,1% per tahun pada periode 2024 hingga 2026. Prediksi ini mencerminkan optimisme terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Namun demikian, tantangan dalam pengelolaan APBN tahun depan tidak bisa diabaikan. Selain adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang memerlukan anggaran sebesar Rp 71 triliun, pemerintah juga harus menghadapi utang jatuh tempo yang cukup besar, yaitu Rp 800,33 triliun. Utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 705,5 triliun dan pinjaman sebesar Rp 94,83 triliun.
Kombinasi antara kebijakan fiskal yang prudent dan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif diharapkan dapat mendukung penguatan IHSG ke depannya. Investor domestik dan internasional diharapkan terus mencermati perkembangan kebijakan serta kondisi makroekonomi untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!