Hariansriwijaya.com – Kurs rupiah terus melemah, mencatatkan posisi terendahnya dalam delapan hari terakhir pada perdagangan Senin (22/7). Rupiah Jisdor terdepresiasi 0,18% ke level Rp 16.228 per dolar Amerika Serikat (AS), penurunan ini menunjukkan tren negatif yang berlanjut sejak 10 Juli 2024 lalu.
Secara paralel, kurs rupiah spot juga mengalami pelemahan 0,18% ke level Rp 16.220 per dolar AS pada hari yang sama. Ini menandai pelemahan kurs rupiah spot selama tiga hari perdagangan berturut-turut, mencatatkan posisi terendah sejak 11 Juli 2024.
Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah
Analis pasar mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan kurs rupiah. Salah satunya adalah penguatan dolar AS yang didorong oleh ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve. Kenaikan suku bunga acuan AS yang direncanakan meningkatkan daya tarik dolar sebagai aset investasi, menyebabkan arus modal keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Selain itu, ketidakpastian global yang dipicu oleh berbagai isu geopolitik dan ekonomi turut membebani rupiah. Konflik perdagangan antara negara-negara besar serta ketidakstabilan politik di beberapa wilayah menambah tekanan terhadap mata uang negara berkembang.
Dampak Terhadap Perekonomian
Pelemahan rupiah memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Sektor impor menjadi lebih mahal, meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan yang bergantung pada bahan baku dan barang modal impor. Hal ini berpotensi memicu inflasi, yang pada gilirannya bisa mengurangi daya beli masyarakat.
Di sisi lain, pelemahan rupiah juga memberikan keuntungan bagi sektor ekspor. Produk-produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, yang dapat mendorong peningkatan volume ekspor. Namun, dampak positif ini mungkin tidak cukup untuk mengimbangi efek negatif dari peningkatan biaya impor.
Tanggapan Pemerintah dan Bank Indonesia
Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus memantau perkembangan ini dengan cermat. BI telah melakukan beberapa intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan rupiah. Selain itu, upaya untuk menjaga inflasi tetap terkendali melalui kebijakan moneter yang tepat juga menjadi fokus utama.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa pihaknya siap mengambil langkah-langkah lebih lanjut jika diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. “Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pelaku pasar untuk memastikan stabilitas nilai tukar dan perekonomian secara keseluruhan,” ujar Perry dalam sebuah pernyataan resmi.
Prospek Ke Depan
Ke depan, pergerakan kurs rupiah akan sangat dipengaruhi oleh dinamika global dan kebijakan domestik. Jika ketidakpastian global dapat diredakan dan arus modal kembali stabil, ada kemungkinan rupiah dapat menguat kembali. Namun, jika ketidakpastian berlanjut atau meningkat, tekanan terhadap rupiah mungkin masih akan berlanjut.
Para ekonom menyarankan agar pemerintah terus memperkuat fundamental ekonomi domestik dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan nilai tambah produk dalam negeri juga dianggap sebagai langkah strategis untuk menghadapi ketidakpastian global.
Kesimpulan
Kurs rupiah yang melemah hingga Rp 16.228 per dolar AS pada Senin (22/7) mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia dalam konteks global yang tidak menentu. Meskipun ada potensi keuntungan bagi sektor ekspor, tekanan terhadap biaya impor dan inflasi tetap menjadi perhatian utama. Langkah-langkah strategis dari pemerintah dan BI sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah di masa mendatang.