Jakarta, Hariansriwijaya.com – Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (19/8/2024). Rupiah berhasil ditutup pada level Rp15.550 per dolar AS, mencatatkan penguatan signifikan di tengah melemahnya dolar AS di pasar global.
Menurut data Bloomberg, rupiah menguat sebesar 143 poin atau sekitar 0,91% dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya tercatat turun 0,32%, mencapai posisi 102,13.
Penguatan rupiah ini sejalan dengan tren positif yang juga dialami oleh mata uang lainnya di Asia. Yen Jepang mengalami kenaikan sebesar 1,12%, diikuti oleh won Korea Selatan yang naik 1,11%. Mata uang yuan China turut menguat sebesar 0,29%, sementara ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 1,18% dan 0,60%.
Faktor-Faktor Penguatan Rupiah
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan rupiah didorong oleh beberapa faktor global. Salah satunya adalah ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat yang lebih dovish. Investor saat ini bertaruh bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mengadopsi pendekatan yang lebih berhati-hati dalam rapat kebijakan mendatang, terutama setelah munculnya notulen rapat The Fed pada bulan Juli.
Pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang akan disampaikan pada pertemuan tahunan di Jackson Hole juga menjadi sorotan utama para pelaku pasar. Banyak yang memperkirakan Powell akan menyampaikan pandangan yang lebih moderat terkait kebijakan suku bunga, yang pada gilirannya dapat melemahkan dolar AS lebih lanjut dan memberikan ruang bagi penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Selain itu, sentimen positif dari stabilitas ekonomi domestik Indonesia juga turut mendukung penguatan rupiah. Pemerintah Indonesia berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global, sementara inflasi tetap terkendali di bawah target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini memberikan kepercayaan diri kepada investor untuk mempertahankan aliran modal ke pasar Indonesia, yang pada akhirnya memperkuat posisi rupiah.
Prospek Ke Depan
Dengan latar belakang ini, banyak analis yang optimis bahwa rupiah masih memiliki ruang untuk melanjutkan penguatan dalam jangka pendek. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa volatilitas di pasar global masih bisa mempengaruhi pergerakan rupiah, terutama jika ada perubahan mendadak dalam kebijakan The Fed atau kondisi ekonomi global yang lebih luas.
Di sisi lain, pelemahan dolar AS juga dipandang sebagai peluang bagi negara-negara berkembang untuk memperkuat cadangan devisa mereka dan menstabilkan ekonomi domestik. Namun, pemerintah dan Bank Indonesia perlu tetap waspada terhadap potensi tekanan eksternal yang bisa timbul sewaktu-waktu.
Kesimpulan
Rupiah mencatat penguatan yang signifikan terhadap dolar AS pada awal pekan ini, didukung oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed yang lebih moderat dan stabilitas ekonomi Indonesia yang terjaga. Meskipun prospek ke depan terlihat positif, dinamika global tetap menjadi faktor yang harus diwaspadai oleh para pelaku pasar dan otoritas moneter.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!