Jakarta, Hariansriwijaya.com – Nilai tukar Rupiah kembali mengalami pelemahan pada perdagangan hari Rabu (26/6). Mata uang Garuda berbalik melemah di tengah kekhawatiran global yang meningkat terkait dengan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penurunan nilai Rupiah disebabkan oleh penguatan indeks Dolar AS. Pada penutupan perdagangan hari ini, Rupiah melemah ke level Rp16.413 per Dolar AS dari posisi sebelumnya di level Rp16.375 per Dolar AS.
Menurut Ibrahim, para pelaku pasar saat ini sedang menunggu rilis data inflasi indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS yang dijadwalkan akhir pekan ini. Data ini merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve (The Fed) yang kemungkinan besar akan memengaruhi prospek bank sentral mengenai suku bunga ke depannya.
“Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini, yang terlihat dari data indeks manajer pembelian yang kuat serta tingkat kepercayaan konsumen yang meningkat, telah memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup alasan untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Ibrahim dalam riset hariannya pada Rabu (26/6).
Selain itu, beberapa pejabat The Fed dalam minggu ini juga menguatkan gagasan tentang kebijakan suku bunga yang lebih tinggi. Revisi data produk domestik bruto (PDB) AS kuartal pertama juga akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai kondisi perekonomian AS.
Pengaruh Ketegangan Perdagangan Global
Pasar nilai tukar juga tidak lepas dari pengaruh ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara Barat, khususnya terkait potensi perang dagang. Beijing baru-baru ini mengisyaratkan kemungkinan adanya konflik dagang sebagai respons terhadap tarif yang diterapkan Eropa terhadap impor kendaraan listrik asal Tiongkok.
“Kekhawatiran akan perang dagang ini telah menyebabkan penurunan tajam pada indeks saham Tiongkok sepanjang bulan Juni, bersamaan dengan berkurangnya dukungan terhadap langkah-langkah stimulus yang lebih banyak di negara tersebut,” kata Ibrahim.
Optimisme Pemerintah
Meskipun terdapat kekhawatiran mengenai fluktuasi kurs Rupiah dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, pemerintah Indonesia tetap optimistis bahwa fundamental makroekonomi nasional masih berada dalam kondisi yang baik. Ibrahim mencatat bahwa pemerintah percaya bahwa ekonomi Indonesia mampu bertahan di tengah tantangan global.
“Meski ada kekhawatiran dari masyarakat terhadap pergerakan kurs Rupiah, pemerintah masih optimis bahwa kondisi makroekonomi Indonesia dalam keadaan baik,” tambahnya.
Prediksi Pergerakan Rupiah
Menghadapi perdagangan hari Kamis (27/6), Ibrahim memprediksi bahwa Rupiah akan bergerak fluktuatif. Ia memperkirakan Rupiah akan ditutup melemah pada rentang Rp16.400 per Dolar AS hingga Rp16.460 per Dolar AS.
“Rupiah kemungkinan akan bergerak fluktuatif besok dan ditutup melemah pada rentang Rp16.400 hingga Rp16.460 per Dolar AS,” prediksi Ibrahim.
Dengan dinamika yang ada, para pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan memantau perkembangan ekonomi global serta kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh otoritas moneter, baik di dalam negeri maupun luar negeri.