OPINI, Hariansriwijaya.com – Saat ini, Gen Z sering menjadi bahan perbincangan. Di media sosial, forum diskusi, bahkan di ruang keluarga, selalu ada keluhan tentang “anehnya” generasi ini. Mereka dicap sebagai generasi yang gampang stres, gampang tersinggung, dan tentu saja, sangat bergantung pada teknologi. Tapi benarkah Gen Z seaneh itu? Atau mungkin ini hanya bias generasi yang sudah terjadi sejak dulu?
Setiap Generasi Punya Labelnya Sendiri
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Gen Z, mari kita mundur sejenak ke masa lalu. Setiap generasi selalu memiliki label yang diberikan oleh generasi sebelumnya. Generasi Baby Boomers (lahir 1940-an hingga 1960-an) misalnya, dikenal sebagai generasi pekerja keras yang pragmatis. Namun, mereka juga sering dicap kaku dan kurang adaptif terhadap perubahan.
Kemudian ada Generasi X (1960-an hingga 1980-an), yang dulu disebut sebagai “generasi tanpa arah.” Mereka tumbuh dalam masa ketidakpastian ekonomi dan perubahan sosial yang besar. Saat itu, mereka juga sering dikritik karena dianggap tidak memiliki loyalitas terhadap pekerjaan dan suka berpindah-pindah.
Lalu muncullah Generasi Milenial (1980-an hingga 1995-an), yang sempat dijuluki sebagai generasi manja dan narsistik karena tumbuh di era internet dan media sosial yang mulai berkembang. Kini, setelah milenial beranjak dewasa dan memimpin banyak sektor, stigma itu mulai memudar. Lalu tibalah giliran Gen Z menjadi bahan perdebatan.
Kenapa Gen Z Dicap “Aneh”?
Jika kita bertanya kepada generasi sebelumnya, mereka mungkin akan menjawab bahwa Gen Z terlalu emosional, mudah tersinggung, dan terlalu banyak mengeluh di media sosial. Di internet, banyak riset yang juga menyebutkan bahwa Gen Z lebih rentan mengalami kecemasan, stres, dan depresi dibandingkan generasi sebelumnya.
Namun, apakah ini benar-benar kelemahan? Atau mungkin justru kelebihan yang belum sepenuhnya dipahami?
1. Lebih Peka dan Terbuka dengan Perasaan
Gen Z hidup di era keterbukaan informasi. Tidak seperti generasi sebelumnya yang mungkin menganggap kesehatan mental sebagai hal tabu, Gen Z justru lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental. Mereka tidak ragu membicarakan perasaan, mencari bantuan, dan berusaha memahami diri sendiri. Jika ini disebut “lemah,” maka mungkin kita perlu mempertimbangkan ulang standar kekuatan itu sendiri.
2. Adaptif terhadap Perubahan
Teknologi berkembang pesat, dan Gen Z adalah generasi yang tumbuh bersama perubahan ini. Mereka lebih cepat beradaptasi dengan inovasi teknologi, lebih fleksibel dalam belajar, dan mampu menemukan solusi kreatif untuk berbagai masalah. Jika generasi sebelumnya seringkali sulit beradaptasi dengan hal-hal baru, Gen Z justru sebaliknya. Mereka adalah generasi yang selalu siap berubah dan bergerak cepat.
3. Mengutamakan Work-Life Balance
Dulu, bekerja keras tanpa batas dianggap sebagai tanda keberhasilan. Namun, Gen Z memiliki perspektif berbeda. Mereka tidak ingin hidup hanya untuk bekerja, tetapi juga mencari kebahagiaan dan keseimbangan. Konsep “kerja keras” bagi mereka bukan berarti bekerja sampai kelelahan, melainkan bekerja secara cerdas dan efisien.
Apakah Gen Z Benar-Benar Generasi Paling “Lemah”?
Salah satu kritik terbesar terhadap Gen Z adalah anggapan bahwa mereka terlalu sensitif dan gampang menyerah. Padahal, jika kita melihat lebih dalam, generasi ini sebenarnya memiliki cara berbeda dalam menghadapi tantangan hidup.
Jika Baby Boomers menghadapi kesulitan dengan bekerja keras tanpa mengeluh, dan Milenial menghadapi masalah dengan mencari peluang baru, maka Gen Z menghadapinya dengan mencari makna dan keseimbangan dalam hidup. Ini bukan berarti mereka lemah, tetapi mereka lebih sadar akan apa yang benar-benar penting dalam hidup mereka.
Gen Z Itu Unik, Bukan Aneh
Setiap generasi punya tantangan dan caranya sendiri dalam menghadapi dunia. Jika Gen Z terlihat “aneh” bagi generasi sebelumnya, itu bukan karena mereka bermasalah, melainkan karena dunia terus berubah dan standar hidup ikut bergeser. Yang dulu dianggap normal, kini mungkin tidak lagi relevan. Yang dulu dianggap kelemahan, kini justru menjadi kekuatan.
Jadi, sebelum buru-buru menyebut Gen Z sebagai generasi aneh, mungkin kita perlu sedikit lebih terbuka untuk memahami bahwa mereka hanya berbeda, bukan salah
Penulis: Adjie Prasetyo