OPINI, Hariansriwijaya.com – Hari ini, saya ingin curhat. Ya, curhat tentang fenomena yang sudah meresahkan dan mengakar di masyarakat kita: judi online. Mulai dari sl*t 88, g*cor 77, hingga kombinasi angka dan kata-kata “gacor” yang seolah menjanjikan keberuntungan instan. Tapi, apa sih sebenarnya arti “gacor”? Singkatannya mungkin “gampang bocor”, tapi yang jelas, judi online ini sudah menjadi lingkaran setan yang merusak bangsa dari hulu ke hilir.
Judi Online: Dari Atas ke Bawah, Semua Terjangkiti
Fenomena judi online ini bukan lagi sekadar masalah orang dewasa. Bayangkan, anak SD pun sudah mulai terpapar. Ya, anak SD main slot online dengan koin virtual, tapi uang yang digunakan sangat nyata. Ini bukan hanya masalah demografi pemain, tapi juga dampaknya yang sudah merambah ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari rumah tangga hingga kriminalitas.
Indonesia, negeri kita tercinta, kini menduduki peringkat pertama dalam jumlah pemain judi slot di dunia. Kita bahkan mengalahkan Rusia, negara yang dikenal dengan budaya judinya. Di pertengahan 2023, judi slot sudah menjadi darurat nasional. Iklan-iklan judi online bertebaran di mana-mana, bahkan di platform yang seharusnya aman seperti media sosial dan situs streaming film bajakan.
Artis dan Influencer: Duta Anti Judi atau Promotor?
Yang membuat saya geleng-geleng kepala adalah bagaimana para artis dan influencer terlibat dalam promosi judi online. Belakangan, ada sekitar 25 inisial artis yang terjerat kasus promosi judi online. Alih-alih mendapatkan hukuman yang setimpal, mereka justru dijadikan “Duta Anti Judi Online”. Ini logikanya bagaimana? Kalau begini caranya, mungkin koruptor pun bisa dijadikan Duta Anti Korupsi.
Ketika ditanya, para artis ini beralasan bahwa mereka tidak tahu yang mereka promosikan adalah judi online. Mereka mengira itu hanya game biasa. Sungguh sulit dipercaya, apalagi mengingat banyak dari mereka yang berpendidikan tinggi, bahkan ada yang kuliah di luar negeri. Apakah mereka benar-benar tidak bisa membedakan game biasa dengan game yang mengharuskan deposit uang asli?
Target Market: Masyarakat Menengah ke Bawah
Yang lebih memprihatinkan, target market utama judi slot di Indonesia adalah masyarakat menengah ke bawah. Mereka yang seharusnya berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari justru terjebak dalam lingkaran setan judi online. Banyak yang berharap bisa cepat kaya dengan bermain slot, tapi pada akhirnya justru terjerat utang dan kehilangan segalanya.
Kasus-kasus seperti bunuh diri karena terlilit utang pinjol, pembunuhan, dan kehancuran rumah tangga sudah menjadi cerita biasa. Misalnya, ada kasus Hendrik di Tangerang yang mencoba bunuh diri karena terlilit utang pinjol sebesar 90 juta. Atau Bripda Haris Sitanggang yang membunuh sopir taksi online karena uang DP mobil kakaknya habis untuk main judi slot.
Promosi Masif dan Minimnya Literasi
Promosi judi online ini sudah dimulai sejak lama, bahkan melalui subtitle film bajakan yang kita download dari situs-situs seperti sapsin.com. Sekarang, promosi ini berevolusi menjadi lebih gila lagi melalui konten-konten di YouTube, TikTok, dan platform media sosial lainnya. Banyak YouTuber dan influencer yang mempromosikan judi slot dengan menunjukkan saldo kemenangan yang fantastis. Padahal, menurut beberapa sumber, saldo tersebut sudah disuntikkan dan sistemnya diatur agar mereka sering menang.
Minimnya literasi di masyarakat juga menjadi faktor utama mengapa judi online ini begitu mudah menyebar. Banyak yang tidak menyadari bahwa mereka sedang bermain judi, bukan sekadar game biasa. Ibu rumah tangga yang sedang istirahat setelah membersihkan rumah, misalnya, bisa terjebak dalam permainan ini karena mengira itu hanya game penghilang bosan.
Dari Hulu ke Hilir
Untuk memutus lingkaran setan ini, kita tidak bisa hanya mengandalkan pemblokiran situs judi online. Mereka bisa muncul kembali dengan nama dan domain baru. Selain itu, promosi judi online juga sudah merambah ke platform seperti Telegram dan WhatsApp, yang sulit diawasi.
Menurut saya, solusinya harus dimulai dari hulu ke hilir. Pertama, kita perlu memperbaiki ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Kedua, sosialisasi besar-besaran tentang bahaya judi online harus dilakukan, terutama di daerah-daerah yang menjadi target market utama. Ketiga, literasi masyarakat harus ditingkatkan agar mereka bisa membedakan mana game biasa dan mana yang merupakan judi online.
Terakhir, kita perlu melibatkan influencer dan public figure untuk mempromosikan kampanye anti judi online. Ini adalah pertarungan duit versus duit. Jika para bandar judi online bisa membayar artis dan influencer untuk mempromosikan judi, kita juga harus bisa membayar mereka untuk mempromosikan anti judi.
Penutup
Judi online bukan sekadar masalah individu, tapi sudah menjadi masalah struktural yang merusak bangsa dari hulu ke hilir. Kita semua harus bergerak bersama untuk memutus lingkaran setan ini. Mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga para influencer, semua memiliki peran penting dalam melawan fenomena ini.
Jadi, buat kalian yang masih terjebak dalam judi online, berhentilah sebelum terlambat. Kerja keras dan usaha yang halal adalah jalan terbaik untuk mencapai kesuksesan. Jangan sampai kita kehilangan segalanya hanya karena tergiur oleh janji-janji palsu judi online(*)