Jakarta, Hariansriwijaya.com — Setelah sempat menguat signifikan dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Senin, 23 September 2024. Mata uang Garuda ditutup di posisi Rp15.195 per dolar AS, mencatatkan penurunan sebesar 0,33% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya. Ini menandakan tekanan terhadap rupiah yang semakin nyata setelah beberapa hari menguat.
Berdasarkan data dari Refinitiv, pelemahan rupiah terjadi bersamaan dengan kenaikan indeks dolar AS (Dollar Index atau DXY) yang menguat ke level 101,12, meningkat 0,40% dalam sehari. Kenaikan DXY ini menunjukkan bahwa dolar AS kembali menarik perhatian investor sebagai aset aman di tengah ketidakpastian global, yang menyebabkan pelemahan mata uang emerging market, termasuk rupiah.
Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah
Pelemahan nilai tukar rupiah tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap koreksi tersebut:
1. Penguatan Dolar AS di Tengah Ketidakpastian Global
Penguatan dolar AS yang tercermin dalam indeks DXY menjadi salah satu faktor utama yang menekan rupiah. Kenaikan indeks ini menandakan dolar kembali menjadi aset yang diincar oleh investor global. Faktor ketidakpastian ekonomi global, terutama akibat potensi resesi dan konflik geopolitik, mendorong investor mencari perlindungan dalam mata uang yang lebih stabil, seperti dolar AS. Dengan meningkatnya permintaan dolar, rupiah dan mata uang lain dari negara berkembang cenderung melemah.
2. Sentimen Suku Bunga Federal Reserve
Meskipun Federal Reserve Amerika Serikat baru-baru ini menurunkan suku bunga acuannya, sentimen terhadap kebijakan moneter AS masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Investor masih memperkirakan ada ruang bagi The Fed untuk tetap menjaga kebijakan moneter yang ketat guna menjaga stabilitas ekonomi AS. Ekspektasi ini meningkatkan daya tarik dolar AS, sehingga mengurangi permintaan terhadap rupiah.
3. Arus Modal Keluar dari Pasar Keuangan Indonesia
Arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia juga turut berperan dalam melemahkan rupiah. Beberapa investor asing mulai melepas aset-aset di pasar saham dan obligasi Indonesia, yang menyebabkan turunnya permintaan terhadap rupiah. Kondisi ini berbanding terbalik dengan beberapa pekan sebelumnya, di mana arus modal asing sempat masuk dan mendukung penguatan mata uang Garuda.
4. Perlambatan Ekonomi Global
Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global semakin memengaruhi pasar keuangan. Kondisi ekonomi global yang melambat, terutama di negara-negara mitra dagang utama Indonesia, membuat pasar waspada. Dampak dari ketidakpastian ini menyebabkan permintaan terhadap rupiah melemah, sementara dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia terus diminati.
Prospek Rupiah ke Depan: Apakah Akan Kembali Menguat?
Meskipun rupiah mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir, para analis melihat bahwa peluang untuk pemulihan tetap ada, meskipun tergantung pada beberapa faktor eksternal dan internal.
1. Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Peran Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas rupiah akan menjadi kunci. Jika BI memutuskan untuk melakukan intervensi dengan langkah-langkah yang tepat, seperti menjaga suku bunga stabil atau melakukan operasi pasar, maka rupiah dapat kembali menguat. Sejauh ini, BI telah menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga nilai tukar rupiah, namun tantangan dari luar negeri masih besar.
2. Kinerja Ekonomi Domestik
Kinerja ekonomi Indonesia juga akan menjadi faktor penentu dalam pergerakan nilai tukar rupiah. Jika perekonomian dalam negeri menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lebih solid, dengan pertumbuhan yang didukung oleh konsumsi dan investasi, maka permintaan terhadap rupiah akan meningkat. Hal ini dapat membantu rupiah mengimbangi tekanan dari faktor eksternal seperti penguatan dolar AS.
3. Perkembangan Pasar Global
Stabilitas pasar keuangan global juga akan memainkan peran penting. Jika ketidakpastian global mereda, misalnya melalui penyelesaian konflik geopolitik atau kebijakan moneter yang lebih longgar di negara-negara maju, maka mata uang dari negara berkembang seperti rupiah bisa mendapatkan kembali daya tariknya. Ini akan memungkinkan rupiah untuk pulih dari tekanan saat ini.
4. Harga Komoditas dan Ekspor
Harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan batu bara, juga dapat memengaruhi pergerakan rupiah. Jika harga komoditas ini mengalami kenaikan, arus devisa yang masuk ke Indonesia akan meningkat, sehingga mendukung penguatan rupiah.
Tantangan Global: Dolar AS Tetap Kuat?
Terlepas dari potensi penguatan rupiah, dolar AS diperkirakan masih akan terus menarik perhatian investor global dalam waktu dekat. Banyak pelaku pasar yang melihat bahwa meskipun suku bunga The Fed telah diturunkan, ketidakpastian di pasar global akan membuat dolar tetap menjadi aset yang diincar.
Beberapa analis memperkirakan bahwa indeks dolar AS bisa terus naik seiring dengan langkah The Fed yang cenderung berhati-hati dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut. Selama inflasi di AS masih dalam kendali, The Fed diperkirakan tidak akan melakukan pelonggaran moneter secara agresif, sehingga daya tarik dolar sebagai aset aman tetap kuat.
Selain itu, ketidakpastian geopolitik, terutama yang berasal dari konflik antara Rusia dan Ukraina, juga menjadi faktor yang dapat mendorong dolar AS tetap kuat di pasar global. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung lebih memilih menyimpan aset dalam bentuk dolar daripada mengambil risiko di mata uang negara berkembang.
Kesimpulan: Rupiah di Tengah Tantangan Global
Meskipun rupiah melemah pada perdagangan awal pekan ini, prospek untuk pemulihan tetap terbuka jika kondisi eksternal mendukung. Bank Indonesia diharapkan dapat terus menjaga stabilitas rupiah melalui kebijakan moneter yang bijak, sementara kinerja ekonomi domestik juga akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah nilai tukar di masa depan.
Namun, tantangan dari luar negeri, terutama penguatan dolar AS dan ketidakpastian global, masih menjadi risiko utama bagi rupiah. Dalam jangka pendek, pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada terhadap perkembangan global, sambil menantikan kebijakan lebih lanjut dari Bank Indonesia dan pemerintah Indonesia dalam menavigasi tantangan ini.
Dapatkan update Breaking news dan Berita pilihan kami langsung di ponselmu! Akses berita Berita Sumsel dan Nasional dari Hariansriwijaya.com dengan mudah melalui WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaeFknTFy72E92mt3P35. Pastikan aplikasi WhatsApp-mu sudah terpasang ya!